FAKTOR KENAKALAN REMAJA
Banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan remaja
maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa
faktor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Walaupun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa selain teori sosiogenik
tersebut di atas, teori-teori tentang asal mula kelainan perilaku remaja dapat
digolongkan dalam 2 jenis teori yang lain yaitu teori psikogenik dan teori
biogenik. Teori psikogenik menyatakan bahwa kelainan perilaku disebabkan oleh
faktor-faktor di dalam jiwa remaja itu sendiri, misalnya oleh Oedipoes Complex
jika ditilik betapa dia sangat mencintai ibunya, dan mungkin pula ia menderita
kelainan pada salah satu hormonnya sehingga ia bisa menjadi hiperaktif dan
agresif.[1]
Cara pembagian faktor penyebab kelainan perilaku anak
dan remaja dikemukakan pula oleh orang-orang lain seperti antara lain oleh
Philip Graham. Philip Graham lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris
dari sudut kesehatan mental anak dan remaja. Ia juga membagi faktor-faktor
penyebab itu ke dalam 2 golongan (Graham, 1983), yaitu :
1.
Faktor lingkungan:
a.
Malnutrisi (kekurangan
gizi)
b.
Kemiskinan di kota-kota besar
c.
Gangguan lingkungan (polusi,
kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan lain-lain)
d.
Migrasi (urbanisasi, pengungsian
karena perang, dan lain-lain)
e.
Faktor sekolah (kesalahan
mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain)
f.
Keluarga yang tercerai berai
(perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain).
g.
Gangguan dalam pengasuhan oleh
keluarga:
1). Kematian orang tua.
2). Orang tua sakit berat atau cacat
3). Hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis
4). Orang tua sakit jiwa
5).Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran,
kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dan lain-lain)
2.
Faktor pribadi:
a.
Faktor bakat yang mempengaruhi
temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan lain-lain)
b.
Cacat tubuh
c.
Ketidakmampuan untuk menyesuaikan
diri.[2]
Menurut W.A. Bonger dalam bukunya Inleiding tot de
Criminologie, antara lain mengemukakan :
Kenakalan remaja sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan.
Kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak mudanya menjadi
penjahat, sudah merosot kesusilaannya sejak kecil barang siapa menyelidiki
sebab-sebab kenakalan remaja dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kenakalan
remaja itu sendiri, yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap
pencegahan kejahatan orang dewasa.[3]
Dalam formulasi yang lain, Rusli Effendi
dan As- Alam, menyatakan :
Perlunya
diadakan penelitian yang mendalam di daerah-daerah di Indonesia mengenai
sebab-sebab kenakalan remaja. Karena tanpa penelitian tidak dapatlah diadakan
penanggalan secara efesien dan efektif, lagi pula motif-motif kenakalan di
berbagai daerah berbeda satu sama lain.[4]
Menurut pengalaman POLRI, sebagai dikutip oleh Ninik Widiyanti
dan Yullus Waskita, dalam menangani kasus yang terjadi di masyarakat dapat
dikatakan banyak faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja.
Untuk terjadinya suatu pelanggaran maka dua unsur harus bertemu yaitu niat
untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk melaksanakan niat
tersebut. Jika hanya ada salah satu dari kedua unsur tersebut di atas maka
tidak akan terjadi apa-apa, yaitu ada niat untuk melakukan pelanggaran tetapi
tidak ada kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut, maka tidak mungkin
terlaksana pelanggaran itu.[5]
H. Dadang Hawari, Psikiater mengatakan : remaja kita dalam
kehidupannya sehari-hari hidup dalam tiga kutub, yaitu kutub keluarga, sekolah
dan masyarakat. Kondisi masing-masing kutub dan interaksi antar ketiga kutub
itu, akan menghasilkan dampak yang posisif maupun negatif pada remaja. Dampak
positif misalnya prestasi sekolahnya baik dan tidak menunjukkan perilaku
antisosial. Sedangkan dampak negatif misalnya, prestasi sekolah merosot, dan
menunjukkan perilaku menyimpang (antisosial). Oleh karena itu pencegahan dan
penanganan dampak negatif tersebut, hendaknya ditujukan kepada ketiga kutub
tadi secara utuh dan tidak partial.[6]
Raema Andreyana, menguraikan faktor-faktor yang mendukung
terjadinya delinkuensi remaja, yang penulis simpulkan antara lain :
1.
Faktor keluarga, khususnya orang
tua. Dalam hal ini orang tua yang kurang memahami arti mendidik anak, dan yang
begitu sibuk bekerja.
2.
Hubungan suami istri yang kurang
harmonis
3.
Faktor lingkungan
4.
Faktor sekolah, termasuk di
dalamnya guru, pelajaran, tugas-tugas sekolah dan lain-lain yang berhubungan
dengan sekolah.[7]
Salah seorang ahli kriminologi di Indonesia, Soejono
dirdjosisworo, pada intinya membagi sebab musabab kenakalan remaja terdiri dari
:(1) sebab intern yang terdapat dalam diri si anak; (2) sebab eksteren yang
terdapat di luar diri si anak.
Ad. 1. sebab intern yang terdapat dalam diri si anak, terdiri
dari faktor intelegensia (kecerdasan), faktor usia, faktor jenis kelamin,
faktor kedudukan dalam keluarga, faktor kekecewaan dan konpensasi anak-anak
yang mengalami kekecewaan dan faktor kejiwaan.
Ad. 2. sebab eksteren yang terdapat di luar diri si anak,
meliputi keadaan rumah tangga, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor
pergaulan dan faktor mass media.[8]
Sudarsono menguraikan sebab-sebab kenakalan remaja yang oleh
penulis disimpulkan sebagai berikut : kenakalan remaja akan muncul karena
beberapa sebab, baik karena salah satu maupun bersamaan, yaitu keadaan
keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat.[9]
[1]
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,cet. 7 Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003,hlm.206.
[2]
Sarlito Wirawan Sarwono, ibid. hlm. 207.
[3]
W.A. Bonger, Inleiding tot de Criminologie, (terj. R.A. Koesnoen), cet
2, PT. Pembangunan, Jakarta,1983, hlm.139.
[4]
Lembaga Kriminologi Fakultas Hukum UNDIP, Laporan Seminar Kriminologi III,
Semarang, 1977, sebagaimana dikutip oleh Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi
Penelitian Hukum, Galia Indonesia,1983, hlm.139.
[5]
Ninik Widiyanti dan Yullus Waskita, Kejahatan dalam Masyarakat dan
Pencegahannya, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm.116
[6]
H.Dadang Hawari, Psikiater, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa, cet 8, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1999, hlm.235.
[7]
Raema Andreyana dalam Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang
Bermasalah, Ed. I, cet 2, CV. Rajawali, Jakarta, 1991. hlm.116-118.
[8]
Soejono Dirdjosisworo, Bunga Rampai Kriminologi, Armico, Bandung, 1985,
hlm.35-41
[9]
Sudarsono, Etika Islam tentang
Kenakalan Remaja, Bina Aksara, Jakarta, 1989, hlm.19-32
Category: makalah PAI, mata kuliah, umum
0 komentar