pendidikan islam berbasis pluralisme
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Pluralisme
agama di negeri ini merupakan realitas empirik yang tidak bisa dipungkiri.
Plurisme sejak dulu telah dikenal sebagai potensi berbangsa dan bernegara,
menetapkan negara ini bukan menjadi negara agama atau negara sekuler. Pilihannya
berada tepat di tengah–tengah antara kedunya. Persoalannya adalah, siapa yang
memperkenalkan, dan memaknai selanjutnya sehingga kenyataan pluralisme menjadi
ruwet bak memendam dendam kesumat yang tidak ada hentinya.
Dari pergulatan
yang amat menyesakkan itu, wajar bila dalam masyarakat kita tumbuh subur, antar
sesama penganut agama nyaris setiap hari muncul pertikaian, permusuhan, bahkan
pembunuhan. Dan ironisnya agama senantiasa dibawa-bawa sebagai pembenarnya.
Akhirnya agama tidak pernah imun dari konflik yang berkepanjangan demi
kepentingan masing-masing penganutnya. Oleh sebab itu bolehlah dikatakan bahwa
rezim orde baru memang berhasil menjadikan agama sebagai idiologi masa bukan
sebagai agen transformasi masyarakat.
Konsep pendidikan
pluralisme berorientasi pada realitas persoalan yang di hadapi bangsa dan umat
manusia secara keseluruhan. Konsep pendidikan pluralisme itu digagas dengan
semangat besar untuk memberikan sebuah model pendidikan yang mampu menjawab
tantangan masyarakat pasca moderenisme. Mencermati hal itu, salah satu yang
perlu dan penting untuk di jadikan bahan diskusi dan dialog antara umat muslim
dan non muslim secara keseluruhan perlu adanya konsep pluralisme.
Pengakuan
terhadap pluralisme agama dalam suatu komonitas umat beragama menjadikan di
kedepannya prinsip inklusivitas yang bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap
berbagai kemungkinan. Lebih-lebih kita semua sudah dihadapkan pada kenyataan
adanya masyarakat multikultuiralisma dan pluralisme, dimana dalam pandangan
masyarakat seperti ini, seluruh masyarakat dengan segala unsurnya ditutup untuk
saling tergantung dan menanggung nasib secara bersama-sama demi terciptanya
perdamaian abadi.
Salah satu
bagian penting dari konsekuensi tata kehidupan global yang di tandai
kemajemukan etnis, budaya, dan agama tersebut, adalah membangun dan menumbuhkan
kembali teologi pluralisme dalam masyarakat. Maksud dan tujuan pendidikan pluralisme,
dengan begitu akan dijadikan sebagai jawaban atau solusi alternatif bagi keinginan
untuk merespon persoalan-persoalan di atas.
- RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari latar belakang di atas, maka penyusun mempunyai rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian pendidikan Islam dan Pluralisme Agama?
2.
Apa tujuan pendidikan Pluralisme?
3.
Bagaimana penerapan pendidikan pluralisme?
- Tujuan penulisan
1.
Memahami pengertian pendidikan Islam dan Pluralisme
Agama.
2.
Mengetahui tujuan pendidikan Pluralisme.
3.
Mengetahui penerapan pendidikan pluralisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam dan Pluralisme Agama
- Pendidikan Islam
Agama islam
mempunyai ciri yang khas yaitu wahyu dan hukum syariat yang telah di jelaskan
dalam al-Quran. Wahyu di yakini banyak orang sebagai sesuatu yang berada di
luar kemampuan akal pikiran manusia. Untuk menjangkaunya cukup beriman dan
mempercayai saja, itulah tanggapan yang sering kali di kemukakan oleh beberapa
kalangan.
Ilmu pendidikan
Islam adalah teori-teori pendidikan yang berdasarkan pada konsep dasar islam
yang di ambil dari penelaahan terhadap al-quran, hadits, dan teori-teori
keilmuan lain, yang di telaah dan di konstruksi secara integratif oleh
intelektual muslim untuk menjadi sebuah bangunan dari teori kependidikan yang
bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah.
Konsep
pendidikan islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya tidak hanya memperhatikan
dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah (ritual) dan akhlak
(norma-etika) saja, tetap jauh lebih luas dan teratur dari pada itu antara
lain:
a.
Setiap proses perubahan menuju kearah kemajuan
kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran islam.
b.
Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal
(intelektual), mental, perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
c.
Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan,
ketaqwaan, pikir-dzikir, ilmu ilmiah-alamiah, materiil-spiritual, individual-sosial
dan dunia-akhirat.
d.
Realisasi dari fungsi manusia yaitu fungsi peribadatan
sebagai hamba allah untuk menghambakan diri semata-mata kepada allah dan fungsi
kekhalifahan sebagai khalifah allah yang di beri tugas untuk menguasai, memelihara,
memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam semesta.
- Pluralisme Agama
Secara
etimologis, pluralisme agama, berasal dari dua kata yaitu “pluralisme” dan
“agama”. Dalam bahasa arab diterjemahkan “al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan
dalam bahasa inggris “religious pluralism”. Oleh karena istilah pluralisme
agama ini berasal dari bahasa inggris , maka untuk mendefinisikannya secara
akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralisme berasal dari dua
kata Plural dan Isme. Plural berarti jamak dan isme berarti paham. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti plural adalah jamak: lebih dari
satu, pluralis bersifat jamak.
Dengan
demikian pluralisme adalah memahami dan menyadari suatu kenyataan tentang
adanya kemajemukan.
Sementara itu,
definisi agama dalam wacana pemikiran barat telah mengundang perdebatan dan
polemik yang tak berkesudahan, baik di bidang ilmu filsafat agama, teologi,
sosiologi, antropologi, maupun di bidang ilmu perbandingan agama (
religionswissenschaft ) sendiri.
Para ahli
sejarah social (social history ), cenderung mendefinisikan agama sebagai suatu
institusi historis. Intitusi historis adalah suatu pandangan hidup yang
institusionilized yang mudah dibedakan dari yang lain yang sejenis, misalnya
seecara alami sangat mudah membedakan antara agama budha dan islam dengan
hanya melihat sisi kesejarahan yang melatarbelakangi keduanya dan dari
perbedaan sistem kemasyarakatan, keyakainan, ritual dan etika yang ada dalam
ajaran keduanya. Sementara para ahli dibidang sosiologi dan antropologi
cenderung mendefisikan agama dari sudut fungsi sosialnya yaitu suatu sistem
kehidupan yang mengikat manusia dalam satuan–satuan atau kelompok–kelompok
social.
Dari uraian
diatas definisi yang paling tepat adalah yang mencakup semua jenis agama,
kepercayaaan, sekte maupun berbagai jenis idiologi modern seperti komunisme,
humanisme, sekularisme, nasionalisme dan lainnya.
Dan jika
pluralisme dirangkai dengan agama sebagai predikatnya maka berdasarkan
pemahaman tersebut diatas bisa dikatakan bahwa pluralisme agama adalah
kondisi hidup bersama antar agama yang berbeda beda dalam satu komunitas
dengan tetap mempertahankan ciri spesifik dalam ajaran masing–masing agama.
B. Tujuan Pendidikan Pluralisme
Melalui
pendidikan pluralisme kita diantarkan pada penciptaan perdamaian dan upaya
menanggulangi konflik yang akhir-akhir ini marak baik di luar negeri maupun di
Indonesia sendiri, sebab nilai dasar dari pendidikan pluralisme adalah
penanaman dan pembumian nilai toleransi, empati, simpati, dan solidaritas
sosial. Akan tetapi untuk merealisasikan tujuan pluralism seperti itu, perlu
memperhatikan konsep unity in diversity dengan menanamkan kesadaran bahwa
keragaman dalam hidup sebagai suatu kenyataan dan memerlukan kesadaran bahwa
moralitas dan kebijakan bisa saja lahir (dan memang ada) dalam konstruk
agama-agama lain. Tentu saja penanaman konsep seperti ini dengan tidak
mempengaruhi kemurnian masing-masing agama yang diyakini kebenarannya oleh kita
semua.
Tujuan
pendidikan pluralisme adalah :
- Bukan untuk membuat suatu kesamaan pandangan, apalagi keseragaman, melainkan mendapatkan titik-titik pertemuan yang dimungkinkan secara teologis oleh masing-masing agama, karena setiap agama mempunyai sisi ideal secara filosofis dan teologis.
- Terkait dengan solidaritas antar agama, akan menciptakan kerjasama yang harmonis dalam kehidupan manusia, baik beragama, bermasyarakat, dan berbangsa.
- Memberikan perubahan paradigma dan pola pikir dalam menyikapi kemajemukan budaya dalam sistem pendidikan.
- Mempelajari ide-ide baru bagi pengembangan pemikiran islam yang relevan dengan tantangan-tantangan kontemporer.
- Menyebarkan sikap-sikap religious yang didasarkan pada keterbukaan, nonsektarianisme, toleransi dan pencerahan pemikiran islam.
- Membangun sistem pendidikan yang memberikan informasi mengenai persoalan-persoalan kontemporer kepada para pelajar dalam kalangan ilmu-ilmu tradisional dan pada saat yang sama memberikan pelatihan dalam ilmu-ilmu islam tradisional kepada para pelajar dari kalangan ilmu-ilmu modern.
- Menumbuhkan kesadaran islam melalui gerakan dakwah yang direncanakan dan disusun secara profesional.
Beberapa
tujuan pluralisme diatas mungkin banyak berkaitan dengan keberagaman,
toleransi, serta teologi agama. Kenapa demikian? Itu karena dalam pergaulan antar
agama semakin hari semakin sering intens pertemuan agama-agama itu. Semakin
berkembangnya iptek dan tatanan masyarakat yang semakin teratur sistem
sosialnya, bukan tidak mungkin konsep pluralisme akan menjadi suatu ujung
tombak rasa persatuan baik antar agama, sosial, politik, maupun budaya.
Selain hal
diatas, tujuan pluralisme yang akan dibentuk secara khusus adalah dalam rangka
menjawab, merespon, dan mengantisipasi persoalan-persoalan kerusuhan berbau
SARA. Bentuk pendidikannya juga harus mencerminkan adanya pluralitas.
Maksudnya, guru dan muridnya harus bersifat heterogen, tidak berkotak-kotak
satu sama lain, sehingga orang-orang yang memiliki keberagaman budaya, agama,
dan etnis dapat berinteraksi secara langsung dan memungkinkan untuk saling belajar
dan memahami satu sama lain dalam satu komunitas pendidikan.
C. Cara Penerapan
Pendidikan Pluralisme
Dalam
pendidikan, semua aspek kelembagaan dan proses belajar mengajarnya harus
menerapkan sistem dan metode yang dapat menyembuhkan pluralisme serta mampu
menggali sisi perdamaian dan toleransi. Oleh karenanya, di antara langkah yang
di tempuh guru atau dosen, khususnya yang terkait dengan organisasi atau
kegiatan pembelajaran di kelas adalah penentuan pendekatan dan metode. Hal
tersebut merupakan elemen penting dalam proses belajar mengajar.
Berhasil dan
tidaknya suatu tujuan pendidikan tergantung pendekatan dan metode yang
digunakannya. Tidak relevannya pendekatan dan metode yang di kembangkan dalam
pembelajaran pendidikan agama berbasis pluralisme seperti ini perlu di
perhatikan adanya beberapa pendekatan yang dapat di gunakan antara lain :
a.
Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan
membiasakan sikap dan perilaku yang baik, terutama sekali yang berhubungan
dengan nilai seperti: tenggang rasa, toleransi, saling mengasihi, tolong
menolong dll.
b.
Rasional, pendekatan yang memfungsikan rasio peserta
didik, sehingga isi dan nilai yang di tanamkan mudah di pahami dengan
penalaran. Disisi lain pendekatan akademis cenderung menempatkan proses
pendidikan agama pada orientasi objektif.
c.
Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik
dalam memahami realitas keanekaragaman budaya dan agama dalam masyarakat.
Sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik untuk selalu menampilkan sikap
tenggang rasa dan saling menghormati antara agama satu dengan yang lainnya.
d.
Fungsional, memfungsikan ajaran masing-masing agama
(termasuk agama islam) terutama tentang pentingnya menghargai perbedaan dengan
menekankan segi manfaat dan hikmahnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
dengan tingkat perkembangannya.
Selain itu,
lembaga pendidikan islam harus mengerti adanya beberapa program pendidikan yang
sangat strategis dalam menumbuhkan kesadaran pluralisme di antaranya adalah
sebagai berikut:
a.
Memberikan pendidikan agama seperti fiqih dan tafsir
tidak bersifat linier namun menggunakan pendekatan secara menyeluruh.
b.
Untuk mengembangkan kecerdasan sosial, siswa juga diberikan
pendidikan lintas agama.
c.
Menyelenggarakan progam road show lintas agama. Progam
road show lintas agama ini adalah progam nyata untuk menanamkan kepedulian dan
solidaritas terhadap komunitas agama lain.
d.
Untuk menanamkan kesadaran spiritual, pendidikan islam
perlu menyelenggarakan progam seperti spiritual work camp (SWC).
e.
Pada bulan ramadhan, adalah bulan yang sangat
strategis untuk menumbuhkan kepekaan sosial pada anak didik. Dengan
menyelenggarakan “progam saur on the road”.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1.
Secara etimologis, pluralisme agama, berasal dari dua
kata yaitu “pluralisme” dan “agama”. Dalam bahasa arab diterjemahkan
“al-ta’addudiyyah al-diniyyah” dan dalam bahasa inggris “religious pluralism”. Pluralisme
adalah memahami dan menyadari suatu kenyataan tentang adanya kemajemukan.
2.
Tujuan Pendidikan Pluralisme
·
Bukan untuk membuat suatu kesamaan pandangan, apalagi
keseragaman, melainkan mendapatkan titik-titik pertemuan yang dimungkinkan
secara teologis oleh masing-masing agama.
·
Terkait dengan solidaritas antar agama, akan
menciptakan kerjasama yang harmonis dalam kehidupan manusia.
·
Memberikan perubahan paradigma dan pola pikir dalam
menyikapi kemajemukan budaya dalam sistem pendidikan.
·
Mempelajari ide-ide baru bagi pengembangan pemikiran
islam yang relevan dengan tantangan-tantangan kontemporer
·
Menyebarkan sikap-sikap religious yang didasarkan pada
keterbukaan, nonsektarianisme, toleransi dan pencerahan pemikiran islam.
·
Membangun sistem pendidikan yang memberikan informasi
mengenai persoalan-persoalan kontemporer kepada para pelajar dalam kalangan
ilmu-ilmu tradisional dan juga sebaliknya.
3.
Cara Penerapan Pendidikan Pluralisme
Penerapan
pendidikan pluralisme yang berbasis pada pendidikan agama pada khususnya, dapat
melalui beberapa metode, Metode tersebut antara lain pembiasaan, Rasional,
Emosional, dan
Fungsional.
Fungsional.
- PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, tentu saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan demi perbaikan pembuatan makalah kami selanjutnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Munawar-Rachman, Budhy, Islam Pluralis, Jakarta: Pramadina, 2001
Raqib, Moh.,
Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta; LKiS, 2009
Wahid,
Abdul, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, Semarang: Need’s
Press, 2008
Category: makalah PAI
0 komentar