Recent Posts

PERAN ORANG TUA MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Unknown | 23:15:00 | 0 komentar



Hubungan orang tua dan anak dapat juga dilihat dari status sosial orang tuanya. Dalam karyanya yang berjudul “Social Class and Parent Child Relationship” (kelas Sosial dan Hubungan Orang Tua Anak) dikemukakan oleh Melvin Kohn bahwa orang tua pada lapisan pekerja dan lapisan menengah mempunyai keinginan berbeda mengenai sifat-sifat yang ingin mereka lihat pada anak mereka. Para orang tua lapisan pekerja, ditekankan pentingnya anak menjadi seorang penurut, perwujudan kerapian bagi orang lain, dan pentingnya keteraturan diwujudkan. Sementara itu, orang tua dari lapisan menengah lebih menekankan pentingnya mengembangkan sifat-sifat ingin tahu, kepuasan atau kebahagiaan pada anak, perhatian pada orang lain, dan hal-hal yang ada di sekitarnya.
Anggapan orang tua terhadap anak yang berbeda-beda inilah yang kemudian mewarnai  hubungan antara orang tua dan anak. Dalam kedua lapisan di atas, terdapat perbedaan sikap orang tua dalam memberikan sanksi dalam mendidik anak. Bila anak bersalah, orang tua pekerja lebih banyak menggunakan sanksi fisik dibanding dengan orang tua lapisan menengah yang lebih mengadakan imbauan terhadap penalaran anak.[1]
Orang tua pekerja yang memberikan sanksi yang berorientasi pada ketaatan disebut dengan sanksi represif, dan orang tua lapisan menengah yang berorientasi pada adanya imbauan disebut dengan sanksi partisipasi. Sanksi yang represif menekankan pada hubungan  terhadap perilaku yang salah, sedangkan sanksi yang partisipasi memberikan imbalan terhadap perilaku baik.
Hubungan yang dibina antara orang tua dan anak kelas pekerja, yang menggunakan cara memberi sanksi yang represif, dilakukan dengan cara perintah dan melalui isyarat tertentu yang sifatnya nonverbal communication. Adapun bagi orang tua kelas menengah, hubungan antara anak dibangun dengan komunikasi dua arah yang sifatnya verbal.
Komunikasi bagi orang tua kelas pekerja menuntut anak untuk memperhatikan keinginan orang tuanya, sedangkan bagi orang tua kelas menengah, komunikasi antara anak dan orang tua dilakukan dengan cara memperhatikan keinginan anak.[2]
Sementara itu status pendidikan orang tuapun sangat mempengaruhi hubungan orang tua dan anak. Orang tua yang berpendidikan rendah cenderung lebih tegas dalam memisahkan hubungan dan peranan anak laki-laki dan perempuan. Sebaliknya mereka yang berpendidikan lebih tinggi memperlakukan anak perempuan dan anak laki-laki secara egaliter.
Dengan demikian, hubungan orang tua dan  anak ditentukan cara orang tua memosisikan anaknya dan kedudukan (status) orang tuanya di tengah-tengah masyarakat.
Fenomena hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan remaja telah lama menjadi kekhawatiran masyarakat diberbagai belahan dunia. Ada suatu asumsi yang masih perlu diuji keabsahannya bahwa orang tua dan para remaja berada dalam pertentangan yang lebih sering terjadi pada bangsa-bangsa moderen dibandingkan dengan kurun waktu yang lalu. Padahal para remaja para remaja memiliki persamaan dengan orang tua dalam politik, moral, selera makanan dan pakaian. Namun entah mengapa dalam hubungannya dengan orang tua, pertentangan lebih dominan mewarnai hubungan mereka.[3]
Banyak perspektif yang berusaha menjelaskan terjadinya ketegangan antara orang tua dan remaja. Mulai dari analisis menurunnya dominasi orang tua dan hilangnya wibawa institusi pendidikan beserta gurunya.
Pada bagian ini, ketegangan orang tua dan remaja didasarkan atas pemikiran pendekatan konflik dari Kingsley Davis, yang dilatar- belakangi oleh adanya perbedaan di antara dua generasi tersebut.
Remaja adalah generasi yang berumur 15 tahun sampai 20 tahun. Apabila mereka bersekolah,  batasannya adalah mereka yang belajar di SLTP, SLTA, dan tahun-tahun awal memasuki perguruan tinggi.[4]
Perbedaan dan pertentangan antara remaja dan orang tua secara universal disebabkan adanya perubahan sosial yang cepat. Melalui perubahan itu, terciptalah konflik tersebut karena adanya alasan perbedaan yang sifatnya instrinsik dan perbedaan yang sifatnya ekstrinsik.
Orang tua dan remaja berada dalam situasi yang berbeda. Mungkin saja orang tua berada dalam situasi E, sedangkan remaja berada pada situasi Bahwa, atau bisa juga perbedaan itu terjadi karena pada masa orang tua yang berada pada situasi Bahwa, tidak sama dengan remaja pada situasi sekarang.
Masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya konflik antara remaja dan orang tua, muncul karena pengaruh dari teman bermain. Pada masa ini teman sebaya memiliki peranan yang sangat dalam mempengaruhi pola perilaku seseorang. Pada saat ini, ketergantungan remaja dan orang tua berkurang, terutama ketergantungan secara fisiologis (fisik). Ketergantungan mereka beralih kepada teman sebaya. Hal ini disebabkan mereka sedang memulai citra dirinya yang sesuai dengan dunia dewasa. Mereka membutuhkan penerimaan dari dunia luarnya, dalam hal ini adalah lingkungan di luar keluarganya.
Pada saat lain, orang tua tidak begitu saja menerima perubahan orientasi remaja. Mereka masih merasa memiliki otoritas dalam mengatur anak-anaknya. Apalagi bila peran dan pendekatan orang tua terhadap remaja menggunakan pola pendekatan “asal sesuai dengan keinginan bapak.” Tentu saja remaja akan menganggap bahwa orang tua bukan lagi satu-satunya teman yang bisa diajak berbicara.
Selain itu, konflik remaja dan orang tua juga terlihat dalam masalah hubungan antarlawan jenis. Untuk memulai pengembaraan aspek biologisnya, remaja mulai mempunyai teman lawan jenis (pacar). Hubungan dengan pacarnya terkadang sampai pada batas hubungan pranikah. Sulit dibayangkan bila hubungan antarlawan janis hanya terbatas pada hubungan perkenalan.[5] Bagi sebagian remaja, pacaran mungkin merupakan sikap yang kurang religius, kurang konformis, kurang dewasa, impulsif, manipulatif, dan cinta monyet.
Masalah hubungan remaja dengan lawan jenis telah diteliti oleh Sri Herlyanti dalam skripsi yang berjudul,”Pandangan Orang Tua dan Remaja mengenai Pemilihan Sekolah dan Kegiatan Belajar Sekolah, Aktivitas dan Pergaulan”. Berdasarkan penelitiannya, tingkat variasi yang signifikan antara pacaran pada masa SLTA sebanyak 62 % responden (para ibu) tidak menyetujui anaknya berpacaran pada tingkat SLTA, sedangkan 96 % siswa SLTA setuju bila mereka memulainya pada masa SLTA.[6] 
Selain itu, faktor penting lainnya yang mempengaruhi hubungan antara remaja dan orang tua ialah perbedaan fisiologis, psikososial dan otoritas orang tua dan anak.[7]
Dengan demikian, terjadinya konflik antara orang tua dan remaja disebabkan perbedaan cara pandang orang tua di satu sisi dan perbedaan visi lainnya pada remaja.     


[1] Melvin L. Kohn, Social Class and Parent Child Relationship” dalam Stein, Peter J. dkk  The Family Function Conflicts and Symbols, Reading Mass, 1977.
[2] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi , Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta 1993,hlm 181-183
[3] Pernyatan ini didasarkan pada tulisan Kingsley Davis, The Sociology of Parent Youth Conflik sebagaimana dikutip oleh William J. Goode dalam, The Family, Terj Laila Hanoum, Bumi aksara, 1995 hlm.160.
[4] Toenggoel P. Siagian, “Pendekatan Pokok dalam Mempertimbangkan Remaja Masa Kini” dalam Prisma, Nomor 9 Tahun XIV 1985.
[5] Sebagian masyarakat dunia, memperbolehkan anak muda untuk mencari  pengalaman hubungan seksual sebelum menikah. Mereka tidak lagi memperdulikan keperawanan, bahkan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang menggelikan. Tujuan utamanya ialah menentukan kesuburan seorang gadis. Apabila ia mengandung, berarti ia siap menikah. Kegiatan seperti itu, membuatnya aman dan tidak membahayakan. Hurton and Hurt, Sosiologi, terj. Aminuddin Ram  dan Tita Sobari, Erlangga, 1996, hlm. 274-275.
[6] Sri Herlyanti, Pandangan Orang Tua dan Remaja Mengenai Pemilihan Sekolah dan Kegiatan Belajar Sekolah, Aktivitas dan Pergaulan. Skripsi FISIP UI, Jakarta, 1989.
[7] Orang tua dan remaja dalam keluarga  memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan itu kemudian memicu konflik karena adanya perbedaan wewenang dan kekuasaan antara remaja dan orang tua. Orang tua memiliki otoritas yang luas, sedangkan remaja, dalam batas-batas tertentu masih bergantung pada orang tua sehingga otoritasnya terbatas.

Category: , ,

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar

Recent Comments

HAD'S FRIENDS bagi ngilmu lan kaweruh bagi ngilmu lan kaweruh bagi ngilmu lan kaweruh