KECERDASAN EMOSIONAL
A. Pengertian Kecerdasan
Emosioanal (Emotional Intelligence)
Salah seorang yang mempelopori
Kecerdasan Emosioanal (Emotional Intelligence) adalah Bar-On, seorang
Psikolog Israel yang menulis konsep ini dalam disertasinya pada tahun 1980-an.
Disertasi ini kemudian diteliti ulang dan dituangkan kembali dalam sebuah naskah yang tidak diterbitkan
berjudul Bar-On; The Development of a Concept and Test of Psychological
Well-being pada tahun 1992.
Dalam naskah tersebut Bar-On mengatakan
bahwa Emotional Intelligence adalah “serangkaian kemampuan pribadi,
emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya” (Goleman, 2000: 580).
Selain teori yang diajukan Bar-On, masih
ada lagi teori lain yang dikemukakan oleh Peter Salovey dari Yale dan John
Mayer dari New Hampshire University. Menurut keduanya Emotional Intelligence
adalah
“the ability to process emotional information, particularly as it
involves the perception, assmilation, understanding, and management of emotion”
(www.eqi.org//#definitionandhistoryof”EmotionalIntelligence”.htm)
Artinya: kemampuan untuk memproses informasi yang
bersifat emosional, yang di dalamnya
mengandung persepsi, asimilasi, pemahaman, dan manajemen emosi”
Sementara itu Daniel Goleman (1996: 36)
dalam bukunya Emotional Intelligence mengatakan :
“Emotional
Intelligence: abilities such as being able to motivate oneself and persists in
the face of frustation: to control impulse and delay gratification; to regulate
one’s mood and keep distress from swamping the ability to think; to empathize
and to hope”
Artinya:
Kecerdasan emosioanal adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi
diri dendiri dan bertahan dalam menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan
hati dan tidak berlebih-lebihan; mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap
berpikir jernih; berempati dan optimis.
Dalam bukunya yang lain Goleman (2000:
512) juga mengatakam bahwa Emotional Intelligence merujuk pada
“kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain”.
Adapun
pendapat-pendapat tentang kemampuan-kemampuan yang tercakup dalam Emotional
Intelligence, setiap orang yang telah disebut di atas mempunyai pendapat
yang hampir sama, walaupun ada perbedaan-perbedaan di sana. Menurut Goleman
(2000: 513-514) Emotional Intelligence sebagaimana yang diadopsinya dari
model yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer, mempunyai cakupan pada lima
kemampuan dasar berikut:
1.
Self Awareness (kesadaran
diri)
2.
Self
Regulation (pengaturan diri)
3.
Motivation (motivasi)
4.
Empathy (empati)
5.
Social
Skill (ketrampilan sosial)
Sedangkan
menurut teori Bar-On EI mempunyai lima belas kemampuan yang terbagi
dalam lima bagian utama (Goleman, 2000: 580), yaitu:
1.
ketrampilan
intrapribadi, yang mencakup kemampuan menyadari diri, memahami emosi diri, dan
mengungkapkan perasaan serta gagasan.
2.
ketrampilan
antarpribadi, yang terdiri dari kemampuan menyadari dan memahami perasdaan
orang lain, peduli kepada orang lain secara umum, dan menjalin hubungan
3.
adaptabilitas,
yaitu kemampuan menguji perasaan diri, kemampuan mengukur situasi sesaat secara
teliti, megubah perasaan dan pikiran diri dan menggunakannya untuk memecahkan
masalah.
4.
strategi
pengelolaan stres yaitu berupa kemampuan mengatasi stres dan mengendalikan
luapan emosi.
5. hal-hal yang berkaitan dengan suasana hati dan
motivasi yaitu kemampuan bersikap optimis, menikmati diri sendiri, menikmati
kebersamaan dengan orang lain, dan merasakan serta mengekspresikan kebahagiaan.
Adapun menurut Salovey dan Mayer EI mempunyai empat bagian yang masing-masing
bagian itu mencakup beberapa macam kemampuan. Keempat bagian itu seperti yang
telah diadaptasikan oleh Steve Heins (www.eqi.org./#definitionandhistoryof”emotionalintelligence”.htm)
adalah sebagai berikut:
1.
Perception
Apprasial and Expression of Emotion (penilaian
persepsi dan ekspresi emosi)
Bagian ini mencahup
kemampuan-kemapuan seperti:
a.
kemampuan
untuk merasakan dan mengidentifikasi emosi dari wajah, nada suara, dan bahasa tubuh.
b.
Kecakapan
untuk kesadaran diri: yaitu sadar akan perasaan diri sendiri ketika perasaan
itu datang
c.
Kecakapan
untuk kesadaran emosional. Dapat memberi nama secara spesifik pada
perasaan-perasaan di dalam diri sendiri dan orang lain; dapat mengemukakan
emosi-emosi dan mengkomunikasikannya dengan jelas dan langsung.
2.
Emotional
Facilitation of Thinking (kelancaran secara emosional
dan berpikir)
Bagian ini mencakup kemampuankemampuan seperti berikut ini:
a. Kemampuan untuk menggabungkan perasaan-perasaan
dalam analisis, perasionalan, memecahkan masalah, dan dalam membuat keputusan.
b. Potensi perasaan-perasaan pada diri seseorang
untuk memberi petunjuk kepadanya mana
yang menjadi hal yang penting untuk dipikirkan.
3.
Emotional
Understanding (Pemahaman Emosi)
Bagian ini mencakup
kemampuan-kemampuian seperti berikut ini.
a.
kemampuan
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan emosional
b.
kemampuan
unrtuk mengidentifikasi dan memahami hubungan antara emosi-emosi, pemikiran,
dan perilaku. Sebagai contoh adalah untuk melihat sebab dan pengaruh hubungan
seperti bagaiman pikiran dapat mempengaruhi emosi-emosi dan bagaimana
emosi-emosi dapat mempengaruhi pikiran, dan bagaimana emosi-emsoi dapat
menuntun perilaku di dalam diri sendiri dana orang lain.
c.
kemampuan
untuk memahami nilai dari emosi-emosi untuk kelangsungan hidup spesies-spesies.
4.
Emotional
Management (Manajemen Emosi)
Bagian ini
mencakup kemampuan-kemampuan seperti berikut ini.
a.
kemampuan
untuk bertanggung jawab terhadap untuk emosi dan kebahagiaan seseorang
b.
kemampuan
untuk mengubah emosi yang bersifat negatif menjadi positif dan menciptakan peluang-peluang.
c.
Kemampuan
untuk membantu orang lain utnuk mengidentifikasi dan mengambil keuntungan dari emosi-emsoi
mereka.
(Bagian-bagian dari EI
yang lebih jelas bisa dilihat pada lampiran 1)
Atau dengan
kata lain dalam EI ini kita diharapkan untuk mengetahui bagaimana memisahkan
perasaan yang sehat dari perasaan yang tidak sehat dan bagaimana mengubah emosi yang bersifat negatif menjadi
emosi yang bersifat positif.
Melihat
definisi-definisi dan kemampuan-kemampuan yang
tercakup di dalamnya, maka EI sedikit banyak merujuk pada
kecerdasan diri dan kecerdasan sosial. Hal ini serupa dengan dua kecerdasan
yang tercantum dalam Multiple Intelligence yang dikembangkan oleh Howard
Gardner lewat Project Spectrum, yaitu Interpersonal Intelligence
dan Intrapersonal Intelligence. Sebagaimana dikutip oleh Goleman
(1996:42) Interpersonal Intelligence adalah “the capacities to dicern
and respond appropriately to the moods, temperaments, motivations, and desires
of other people” atau kemampuan untruk membedakan dan menanggapi dengan
tepat suasana hati , temperamen motivasi, dan hasrat orang lain; sedangkan intrapersonal
intelligence adalah “acces to one’s own feelings and the ability to
discriminate among them and know upon them to guide behavior” atau akses
menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan
perasaan-perasaan itu serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku.
Dari sini
dapat dilihat dengan jelas bahwa EI sama sekali berbeda dengan konsep
kecerdasan yang selama ini dikenal dengan
dan diidentikkan dengan IQ. Hal ini disebabkan IQ hanya
mencakup dua kemampuan saja berupa kemampuan matematik dan lingustik, sedangkan
EI mempunyai cakupan pada kemampuan-kemapuan seperti telah disebut di
atas.
Selain
berbeda dalam hal kemampuan yang tercakup. Antara IQ dan EI juga
mempunyai perbedaan pada pusat dalam struktur otak manusia. Sebagaimana
diketahui bahwa manusia mempunyai dua belahan otak, yaitu otak kanan dan kiri,
yang masing-masing dari kedua belahan tersebut mempunyai cara kerja dan fungsi
yang berbeda-beda.
Pada otak
kiri, cara kerjanya bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional, sehingga
otak kiri ini cocok sekali untuk tugas-tugas semacam menulis, membaca, ekspresi
verbal, asosiasi auditorial dan sebagainya (DePorter dan Hernacki, 2000: 36).
Di belahan inilah IQ yang mencakup kemampuan linguistik dan matematik
berada.
Sedangkan
otak kanan yang mempunyai cara kerja yang bersifat acak, tidak teratur,
intuitif, dan holistik, sangat cocok untuk mengetahui hal-hal yang bersifat
non-verbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran akan perasaan dan spasial,
musik, seni dan sebagainya (DePorter
dan Hernacki, 2000: 38). EI dengan kemampuan-kemampuan yang ada di
dalamnya berada di belahan ini.
Dari
penjelasan di atas maka perlu ditegaskan lagi bahwa EI adalah suatu
kemampuan untuk mengetahui dan mengenali serta memanejnya sehingga impuls
emosi-emosi yang berdampak negatif tidak melumpuhkan kemampuan-kemampuan yang
lain seperti kemampuan berpikir misalnya. Selain itu juga perlu ditegaskan lagi
bahwa kemampuan ini berbeda dengan jenis kemampuan atau kecerdasanyang selama
ini dikenal dengan IQ.
Category: umum
0 komentar