ruang lingkup kurikulum PAI
Ruang
Lingkup Kurikulum PAI
Atas dasar fitrah yang
diberikan Allah kepada manusia, Islam memandang manusia secara totalitas, tanpa
mengurangi nilainya dan merusak kemampuannya sekalipun Islam mengembangkan
unsur jasmani dan akal dan rahani (hati) yang tidak dapat dipisah-pisahkan
manusia sebagai yanag dikehendaki Allah SWT, merupakan ekuatan yang dinamis,
terarah dan potensial, Islam menghendaki agar manusia itu merupakan daya
positif yang dinamis tetapi benar, dan juga menghendaki batas-batas
kemampuannya, mengakui tuntutan-tuntutannya dan kebutuhan-kebutuhannyam dan ia
memenuhi itu semua, sehingga dalam upaya meningkatkan diri dalam beribadah
kepada Allah, manusia diberi kelonggaran dan kemudahan oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang berbunyi :
لا يكلّف
الله نفسا الاّ وسعها ....(البقره : 286)
Artinya
: “Allah tidak membebani
seseorang, kecuali dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah : 286).[1]
Pendidikan
agama Islam sudah menjadi suatu kebutuhan setiap individu atau masyarakat umat
manusia. Dalam pengertiannya pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewaujudkan persatuan nasional.[2]
Pendidikan Agama Islam
mengandung makna bahwa usaha yang dilakukan guru pendidikan agama Islam melalui
kegitan bimbingan, pengajaran atau latihan untuk menyiapkan peserta didik
meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar-benar
dilakukan penuh kesadaran
Sebagaimana
dirumuskan dalam (GBPP PAI SMU 1994) tujuan pendidikan agama Islam pada sekolah
menengah umum adalah untuk mengikuti keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Islam yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
Sedangkan
Sayid Sabiq mentakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah agar jiwa
seseorang dapat terdidik secara sempurna, agar seseorang dapat menunaikan
kewajiban-kewajiban karena Allah SWT, dapat berusaha untuk kepentingan
keluarga, kepentingan masyarakat, serta dapat berkata jujur, berpihak yang
benar, serta berkeinginan untuk mengembangkan benih-benih kebahagiaan pada
manusia.[3]
Ruang
lingkup pendidikan agama Islam meliputi, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara lain :
a.
Hubungan manusia dengan Allah SWT
b.
Hubungan manusia dengan sesama
manusia
c.
Hubungan manusia dengan diri
sendiri
d.
Hubungan manusia dengan makhluk
lain dengan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup
bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi unsur-unsur pokok sebagai
berikut :
a.
Keimanan
b.
Ibadah
c.
Al-Qur’an
d.
Mualamah
e.
Syari’ah dan tarikh
Materi atau bahan atau
isis kurikulum yang akan dikembangkan hendaknya menunjukkan pada kepentingan
peserta didik dan menyelami kehidupan. Adapun pokok-pokok isi PAI meliputi : a)
membaca Al-Qur’an; b) keimanan (rukun iman); c) ibadah (rukun Islam); d) ahlak
(adab); e) dasar ekonomi; f) jasamani dan kesehatan dan g) membaca dan menulis
serta tarikh Islam.
Dalam
pengembangan pokok-pokok isi dan materi kurikulum pendidikan agama Islam
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan pendidikan lainnya, ciri-ciri kurikulum
PAI yang dimaksud ialah :
a.
Kurikulum PAI harus menonjol pada
mata pelajaran agama (ibadah, muamalah, syari’ah), agama harus diambil dalam
Al-Qur’an, hadits serta contoh-contoh terdahulu yang salah.
b.
Kurikulum PAI akan memperhatikan
pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yakni jasmani, akal dan rohani.
c.
Kurikulum PAI memperhatikan
keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani dan
rahani serta akal manusia.
d.
Kurikulum PAI memperhatikan juga
seni dan budaya yang terdapat di tengah masyarakat.[4]
Dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam pada sekolah menengah umum tidak terlepas dari bagaimana
penggunaan strategi pendekatan pembelajaran PAI. Pendekatan-pendekatan yang
dipakai antara lain :
a.
Pendekatan pengalaman, yaitu
memberikan pengalaman keagamaan kepada siswa penanaman nilai-nilai keagamaan.
b.
Pendekatan pembiasaan, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
c.
Pendekatan emosional, untuk
menggugah penasaran dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menerima
kebenaran ajaran Islam.
d.
Pendekatan fungsional, usaha untuk
menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan segi kemanfaatannya bagi siswa dalam
kehidupan Sehari-hari dengan tingkat perkembangannya.
Metodologi yang
dikembangkan dalam kurikulum PAI adalah dengan melakukan pendekatan yang
menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan
terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohano, baik kehidupan secara
fisik maupun kehidupan secara mental.
Dalam
penerapan metode pendidikan agama Islam pada Sekolah Menengah Umum banyak
metode yang dapat digunakan, salah satunya metode memberi contoh, yang dengan
contoh itu guru wajib bergaul dengan murid, baik dalam mengajar atau mendidik
siswa atau dalam hubungan perasaan (simpati).[5]
Sedangkan Zakiah Daradjat menegaskan bahwa pendidikan akhlak yang paling baik
dan yang paling mudah adalah memberi contoh.[6]
[1]Al-Qur'an,
Surat Al-Baqarah Ayat 286, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-Qur'an,
Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI., hlm. 72.
[2]Depdikbud,
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Umum, Jakarta, GBPP PAI Tahun
1994, hlm. 1.
[3]Syayyid
Syabig, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, Intermasa, Jakarta, 1981, hlm. 52.
[4]Sayyid
Syabig, Op.cit, hlm. 153-158.
[5]Muh
Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, hlm.
173-186.
[6]Zakiyah
Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 106.
Category: makalah PAI, mata kuliah, umum
0 komentar