supervisi pendidikan
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT,
dimana atas segala rahmat dan izin-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang pertumbuhan dan perkembangan psikologi pendidikan.
Shalawat serta salam tak lupa kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam makalah ini. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan
saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya
makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari
Allah SWT. Amin...
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Supervisi pada abad ke-18
Supervisi pada abad ke-18 dilakukan oleh panitia kantor atau panitia
sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan mereka ini di angkat karena kemahiran-kemahiranya
akan metode-metode mengajar. Pada waktu-waktu tertentu mereka datang
berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar. Mereka melakukan
inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah inspektur bagi mereka.
Tugas mereka adalah untuk megetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu
mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang du buat oleh para guru.
Namun para supervisor ini hanya merupakan alat pencatat saja bag kepentingan
atasannya, mereka hanya menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar
atau masih salah. Hal itu mudah dikerjakan sebab apa yang patut dilakukan guru
sudah ditentukan sejak awal. Setiap sekolah sudah mempunyai aturan-aturan dan
standar yang harus di lakukan. Tugas supervisor adalah mengontrol sekolah
apakah sekolah ia sudah melaksanakan aturan dan standar itu atau
belum. Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya
mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri.
Nampaknya kreatif guru juga kurang dihargai.
Supervisi pada abad ke-19
Abad ke-18, pengetahuan dibidang metodologi penelitian pengajaran di beri
tugas mengawasi sekolah saja, akan tetapi pada abad ke-19 kedudukannya sudah
meningkat. Mereka secara resmi di katakan supervisor sekolah. Mereka pada
umumnya adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan yang di Indonesia dapat
di samakan dengan kantor perwakilan departemen pendidikan dan kebudayaan, baik
di tingkat provinsi, kabupaten maupun kecamatan. Hal ini disebabkan
karena mereka kini sudah berkembang menjadi orang-orang professional. Dengan
demikian supervisi pada abad ke-19 sudah bersifat professional.
B.
Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan mengenai supervisi pada
masa sekarang?
2.
Bagaimana kecenderungan perkembangan supervise
pada masa yang akan datang?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Supervisi pada Zaman Sekarang
Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional,
yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang
tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas yang memata-matai
untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi
takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan.[1] Kemudian
fungsi utama supervisi modern ialah memperbaiki dan menilai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik, supervisi ini mempunyai
ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman
kepemimpinan yang berbobot. Lebih jauh lagi karakteristik supervisi modern
dikatakan sebagai berikut :
1. Karakteristik
yang pertama menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan
diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling
utama dalam melaksanakan supervisi. Sebab supervisi merupakan suatu
proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu didasari oleh pengenalan dan
hubungan yang akrab.[2]
2. Karakteristik
yang kedua ialah demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan
dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan
kepemimpinan.
3. Karakter
supervisi modern yang ketiga adalah komprensif. Suatu yang supervisi
berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat
atas yang mencangkup beberapa sekolah untuk beberapa sekolah untuk wilayah
tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu
tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas
kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat
atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum
tersebut. Cukup sulit bagi siswa kalau ia sudah biasa belajar dengan cara
bervariasi beralih ke cara yang monoton misalnya. Itulah sebabnya perlu
diusahakan kesamaan metode belajar mengajar dari tingkat sekolah yang paling
rendah sampai ketingkat yang paling tinggi.
Kesamaan metode belajar mengajar disini
tidak sama persis untuk semua tingkat sekolah dan semua bidang studi
melainkan yang sama adalah prinsipnya. Misalnya semua menggunakan prinsip
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sehingga belajar dari siswa dari tingkat sekolah ke
tingkat yang lain menjadi lancar karena sudah biasa dengan KTSP. Begitu
pula materi yang dipelajari secara prinsip sama yaitu dapat menunjang
pembentukan manusia seutuhnya, hanya tingkat kesukaran yang perlu berbeda.
Selain komprehensif ditujukan kepada kurikukulum, juga komprehensif terhadap
personalia sekolah mencangkup kepalah sekolah, para guru, para pegawai
tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencampaian tujuan pendidikan.
Supervisi yang dinamis ialah supervis yang
aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya. Suatu
supervisi yang tidak hanya mengamati, mengontrol, mengeritik dan menilai saja
tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Supervisi seperti ini ikut
merencanakan agar proses belajar memberi hasil yang baik, membantu menciptakan
kondisi belajar yang baik, memonitori guru-guru agar tidak sampai terlanjur
jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan
membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya
memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar
guru-guru sedikit mungkin berbuat salah. Hal ini dilakukan dengan
bermacam-macam cara sesuai problem yang dihadapi itulah sebabnya mengapa
supervisor itu perlu aktif, kreatif dan berinisiatif.
Untuk mempermudah pelaksanaan tugas,
supervisi perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan
personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik. Supervisor harus
memahami keunikan setiap individu yang dibinanya. Pemahaman terhadap individu
merupakan strategi bagi supervisor dalam aksinya mempengaruhi, mengarahkan dan
memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan
tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing.
Supervisor juga membutuhkan kesensitifan
dalam berkomunikasi dengan guru dan juga harus peka agar cepat tahu apa
permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pengetahuan ini memberikan jalan
baginya untuk mengatur strategi lebih lanjut.
Supervisor dengan kepemimpinannya akan berusaha mengadakan
kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah lainya dalam usaha
meningkatkan proses belajar mengajar disekolah. Supervisor berusaha
menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling
menerima. Dalam situasi seperti ini tidak ada satupun yang mendominasi
kelompok. Setiap anggota kelompok merasa berharga bisa dihargai. Situasi
dan perasaan seperti ini memungkinkan penyelesaian suatu masalah atau diskusi
bisa berjalan lancar.
Supervisi secara demokratis tidak mudah
dipraktekkan. Dalam pertemuan-pertemuan pendidikan antara atasan sebagai
supervisor dengan bawahan di Indonesia sangat langka dijumpai proses demokrasi.
Pada umumnya kelompok masih didominasi oleh pemimpin. Hal ini dibenarkan oleh
hasil penelitian Beeby (1979) yang mengatakan bahwa sikap guru–guru di
Indonesia bersifat tradisional yang otoriter, yaitu menunggu istruksi atasan
untuk mengadakan perubahan.
Dikatakan lebih lanjut bahwa supervisi tradisional
hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik tolak pada variable
awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Dalam supervisi ini pemimpin
cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisor ini ialah
mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan, memang
sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tapi lebih sulit lagi untuk
melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Mencari-cari
kesalahan dalam membimbing sangatlah bertentangan dengan prinsip dan tujuan
supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru tidak merasa puas dan cenderung
bersikap acuh-tak acuh dan menantang. Itulah sebabnya kesuksesan mudah lenyap
sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah memudar.[3]
Menyadari kelemahan supervisi tradisional
tersebut, maka supervise modern meletakan kunci penggeraknya pada
organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable
perantara, walaupun diakui bahwa variable ini juga di pengaruhi dan
ditentukan oleh variable awal. Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan
bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya merupakan dasar dedikasi seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari hal ini, yang
pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia
sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu. Dengan cara
ini mungkin kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara
berangsur-angsur dalam jangka panjang sangat mungkin akan tercapai. Lagi
pula kesuksesan seperti itu akan lama bertahan bahkan cara ini dapat di pandang
sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan.
B. Kecenderungan supervisi pada masa mendatang
Ada
beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan
datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari
sudut professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara.
Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan
profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada
politik negara.
Kecenderungan-kecenderungan supervisi yang baru dan mungkin
yang terus berkembang pada masa akan datang dalam membina para guru disebabkan
oleh perkembangan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu
pesat. Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya
akan berubah dengan cepat pula.
Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan
tipe supervisi yang baru, Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada
pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan
kemajuan pendidikan dari pada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru,
membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada
pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang
diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang
baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan
yang semakin keras.
Kecenderungan-kecenderungan sekolah pada
masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang
pendidikan merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan
nusa dan bangsa. Hal ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia
yang penuh dengan usaha merebut pengaruh era globalisasi. Pemerintah memandang
perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang
diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak
hanyut oleh pengaruh negara lain.
Bila demikian halnya, maka supervisor akan
berada diantara sebagian alat Negara dan dan sebagai professional. Karena itu
disarankan peranan supervisor sebagai berikut:
1. Sebagai
perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orag tua dan program sekolah
kepada pemerintah dn badan-badan lain.
2. Memonitor
penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.
3. Merencanakan program untuk populasi pendidikan
yang baru.
4. Mengembagkan
program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul
5. Mengkombinasikan
program yang di ajukan pemerintah.
6. Memilih
inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang.
Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu
jauh kepada masa yang akan datang seringkali tidak tepat. Pengajaran dengan
mesin yang diramalkan pada tahun 1960-an akan menguasai dunia pendidikan,
ternyata hal itu tidak terjadi sampai sekarang. Oleh sebab itu membuat ramalan
dalam bidang supervisi pendidikan, khususnya di Indonesia, tidak perlu
menjangkau terlalu kedepan. Cukup setiap awal pelita (pembangunan lima tahun) merumuskan
model supervisi yang baru atau diperbaharui berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi satu pelita. Model ini pula
dapat di revisi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada abad ke-18 tugas
supervisor hanya sebatas mengontrol sekolah apakah sekolah ia sudah
melaksanakan aturan dan standar itu atau belum. Bila ternyata guru
melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak
menunjukan bagaimana memperbaiki diri dan kreatif guru juga kurang dihargai.
Pada abad ke-19 tugas para
supervisor tidak lagi hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, dan tidak
lagi bersifat otokrasi, melainkan berangsur-angsur memperhatikan individualitas
guru.
Pada masa sekarang
supervisi lebih berkonsentrasi untuk menciptakan dan mempertahankan antar
hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini
merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi. Sebab
supervisi merupakan suatu proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu
didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.
Kecenderungan supervisi
pada masa yang akan datang dan mungkin yang terus berkembang dalam membina para
guru disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu
pesat. Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya
akan berubah dengan cepat pula.
B.
Saran
Demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah serta peningkatan segala usaha belajar yang telah
dilaksanakan, kami selaku penulis makalah mohon saran dalam materi pertumbuhan
dan perkembangan ini apabila menemukan beberapa materi yang salah ataupun yang
kurang lengkap supaya makalah ini semakin menjadi lebih baik.
C. Penutup
Dalam penyusunan
makalah ini kami telah berusaha dengan kemampuan yang ada, namun itu bukanlah
suatu jaminan makalah ini jauh dari kesalahan. Untuk itu kritik serta arahan
dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Apabila masih
terdapat kesalahan dalam bentuk apapun itu hanya kekurangan kami. Semoga
makalah ini ada manfaatnya untuk kita semua. Amien . . .
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Sahartian, Prof. Drs. Piet A.2008. Konsep
Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ø
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi.2004. Dasar-Dasar
Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ø Chenlystil.blogspot.com.2011/04/Sejarah perkembangan
supervisi pendidikan.
[1] Prof. Drs. Piet A Sahartian. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan. 2008.Jakarta : Rineka Cipta. Hal 16
[2] Ibid. hal. 20
[3] Opcit. Prof. Drs. Piet A Sahartian.
Hal 35
Category: makalah PAI
0 komentar