Recent Posts

supervisi pendidikan

Unknown | 13:28:00 | 0 komentar



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang pertumbuhan dan perkembangan psikologi pendidikan.

Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam makalah ini. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Amin...


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Supervisi pada abad ke-18
            Supervisi  pada abad ke-18 dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan mereka ini di angkat karena kemahiran-kemahiranya akan metode-metode mengajar.  Pada waktu-waktu tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar. Mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah inspektur bagi mereka. Tugas mereka adalah untuk megetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang du buat oleh para guru.
            Namun para supervisor ini hanya merupakan alat pencatat saja bag kepentingan atasannya, mereka hanya menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar atau masih salah. Hal itu mudah dikerjakan sebab apa yang patut dilakukan guru sudah ditentukan sejak awal. Setiap sekolah sudah mempunyai aturan-aturan dan standar yang harus di lakukan. Tugas supervisor adalah mengontrol sekolah apakah sekolah ia sudah melaksanakan aturan  dan standar itu atau belum.  Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri. Nampaknya kreatif guru juga kurang dihargai.

Supervisi pada abad ke-19
            Abad ke-18, pengetahuan dibidang  metodologi penelitian pengajaran di beri tugas mengawasi sekolah saja, akan tetapi pada abad ke-19 kedudukannya sudah meningkat. Mereka secara resmi di katakan supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan yang di Indonesia dapat di samakan dengan kantor perwakilan departemen pendidikan dan kebudayaan, baik di  tingkat provinsi, kabupaten maupun  kecamatan.  Hal ini disebabkan karena mereka kini sudah berkembang menjadi orang-orang professional. Dengan demikian supervisi pada abad ke-19 sudah bersifat professional.



B.     Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana perkembangan mengenai supervisi pada masa sekarang?
2.      Bagaimana kecenderungan perkembangan supervise pada masa yang akan datang?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Supervisi pada Zaman Sekarang   
            Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas yang memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan.[1] Kemudian fungsi utama supervisi modern ialah memperbaiki dan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik, supervisi ini mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot. Lebih jauh lagi karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut :
1.      Karakteristik yang pertama menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi.  Sebab supervisi merupakan suatu proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.[2]
2.      Karakteristik yang kedua ialah demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan.  
3.      Karakter supervisi modern yang ketiga adalah komprensif.  Suatu yang supervisi berlangsung  dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang mencangkup beberapa sekolah untuk beberapa sekolah untuk wilayah tertentu. Bentuk  dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum tersebut. Cukup sulit bagi siswa kalau ia sudah biasa belajar dengan cara bervariasi beralih ke cara  yang monoton misalnya. Itulah sebabnya perlu diusahakan kesamaan metode belajar mengajar dari tingkat sekolah yang paling rendah sampai ketingkat yang paling tinggi.
Kesamaan metode belajar mengajar disini tidak sama persis untuk semua tingkat  sekolah dan semua bidang studi melainkan yang sama adalah prinsipnya. Misalnya semua menggunakan prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  Sehingga belajar dari siswa dari tingkat sekolah ke tingkat yang lain menjadi lancar karena sudah biasa dengan KTSP.  Begitu pula materi yang dipelajari secara prinsip sama yaitu dapat menunjang pembentukan manusia seutuhnya, hanya tingkat kesukaran yang perlu berbeda. Selain komprehensif ditujukan kepada kurikukulum, juga komprehensif terhadap personalia sekolah  mencangkup kepalah sekolah, para guru, para pegawai tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencampaian tujuan pendidikan.
Supervisi yang dinamis ialah supervis yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya. Suatu supervisi yang tidak hanya mengamati, mengontrol, mengeritik dan menilai saja tetapi jauh lebih luas dari pada itu.  Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar memberi hasil yang baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitori guru-guru agar tidak sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin berbuat salah.  Hal ini dilakukan dengan bermacam-macam cara sesuai problem yang dihadapi itulah sebabnya mengapa supervisor itu perlu aktif, kreatif dan berinisiatif. 
Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisi perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik.  Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinanya.  Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam aksinya mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing.  
Supervisor juga membutuhkan kesensitifan dalam berkomunikasi dengan guru dan  juga harus peka agar cepat tahu apa permasalahan yang dihadapi oleh guru.  Pengetahuan ini memberikan jalan baginya untuk mengatur strategi lebih lanjut.
Supervisor dengan kepemimpinannya akan berusaha mengadakan kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah lainya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar disekolah.  Supervisor berusaha menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling menerima. Dalam situasi seperti ini tidak ada satupun yang mendominasi kelompok.  Setiap anggota kelompok merasa berharga bisa dihargai. Situasi dan perasaan seperti ini memungkinkan penyelesaian suatu masalah atau diskusi bisa berjalan lancar.
Supervisi secara demokratis tidak mudah dipraktekkan. Dalam pertemuan-pertemuan pendidikan antara atasan sebagai supervisor dengan bawahan di Indonesia sangat langka dijumpai proses demokrasi. Pada umumnya kelompok masih didominasi oleh pemimpin. Hal ini dibenarkan oleh hasil penelitian Beeby (1979) yang mengatakan bahwa sikap guru–guru di Indonesia bersifat tradisional yang otoriter, yaitu menunggu istruksi atasan untuk mengadakan perubahan. 
Dikatakan lebih lanjut bahwa supervisi tradisional hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik tolak pada variable awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Dalam supervisi ini pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisor ini ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan, memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tapi lebih sulit lagi untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangatlah bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru tidak merasa puas dan cenderung bersikap acuh-tak acuh dan menantang. Itulah sebabnya kesuksesan mudah lenyap sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah memudar.[3]
Menyadari kelemahan supervisi tradisional tersebut, maka supervise modern  meletakan kunci penggeraknya pada organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable perantara, walaupun diakui  bahwa variable ini juga di pengaruhi dan ditentukan oleh variable awal.  Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya merupakan dasar dedikasi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari hal ini, yang pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu.  Dengan cara ini mungkin kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara berangsur-angsur dalam jangka panjang sangat mungkin  akan tercapai. Lagi pula kesuksesan seperti itu akan lama bertahan bahkan cara ini dapat di pandang sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan.


B. Kecenderungan supervisi pada masa mendatang
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara.  Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara.  
Kecenderungan-kecenderungan supervisi yang baru dan mungkin yang terus berkembang pada masa akan datang dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan oleh perkembangan ilmu  dan teknologi yang begitu pesat.  Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya akan berubah dengan cepat pula.
Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru, Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan dari pada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin keras.
Kecenderungan-kecenderungan sekolah pada masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang pendidikan merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan nusa dan bangsa. Hal ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia yang penuh dengan usaha merebut pengaruh era globalisasi. Pemerintah memandang perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak hanyut oleh pengaruh negara lain.
Bila demikian halnya, maka supervisor akan berada diantara sebagian alat Negara dan dan sebagai professional. Karena itu disarankan peranan supervisor sebagai berikut:
1.      Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orag tua dan program sekolah kepada pemerintah dn badan-badan lain.
2.      Memonitor penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.
3.       Merencanakan program untuk populasi pendidikan yang baru.
4.      Mengembagkan program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul
5.      Mengkombinasikan program yang di ajukan pemerintah.
6.      Memilih inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang.

Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu jauh kepada masa yang akan datang seringkali tidak tepat. Pengajaran dengan mesin yang diramalkan pada tahun 1960-an akan menguasai dunia pendidikan, ternyata hal itu tidak terjadi sampai sekarang. Oleh sebab itu membuat ramalan dalam bidang supervisi pendidikan, khususnya di Indonesia, tidak perlu menjangkau terlalu kedepan. Cukup setiap awal pelita (pembangunan lima tahun) merumuskan model supervisi yang baru atau diperbaharui berdasarkan  pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi satu pelita. Model ini pula dapat di revisi.





BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada abad ke-18 tugas supervisor hanya sebatas mengontrol sekolah apakah sekolah ia sudah melaksanakan aturan  dan standar itu atau belum.  Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri dan kreatif guru juga kurang dihargai.
Pada abad ke-19 tugas para supervisor tidak lagi hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, dan tidak lagi bersifat otokrasi, melainkan berangsur-angsur memperhatikan individualitas guru.
Pada masa sekarang supervisi lebih berkonsentrasi untuk menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi.  Sebab supervisi merupakan suatu proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.
Kecenderungan supervisi pada masa yang akan datang dan mungkin yang terus berkembang dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan ilmu  dan teknologi yang begitu pesat.  Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya akan berubah dengan cepat pula.

B.     Saran
Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah serta peningkatan segala usaha belajar yang telah dilaksanakan, kami selaku penulis makalah mohon saran dalam materi pertumbuhan dan perkembangan ini apabila menemukan beberapa materi yang salah ataupun yang kurang lengkap supaya makalah ini semakin menjadi lebih baik.

C. Penutup
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan kemampuan yang ada, namun itu bukanlah suatu jaminan makalah ini jauh dari kesalahan. Untuk itu kritik serta arahan dari berbagai pihak  sangat diharapkan.
Apabila masih terdapat kesalahan dalam bentuk apapun itu hanya kekurangan kami. Semoga makalah ini ada manfaatnya untuk kita semua. Amien . . .


DAFTAR PUSTAKA

Ø  Sahartian, Prof. Drs. Piet A.2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ø  Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi.2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta.


Ø  Chenlystil.blogspot.com.2011/04/Sejarah perkembangan supervisi pendidikan.


[1] Prof. Drs. Piet A Sahartian. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. 2008.Jakarta : Rineka Cipta. Hal 16
[2] Ibid. hal. 20
[3] Opcit. Prof. Drs. Piet A Sahartian. Hal 35

Category:

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar

Recent Comments

HAD'S FRIENDS bagi ngilmu lan kaweruh bagi ngilmu lan kaweruh bagi ngilmu lan kaweruh