Materi Ulumul Qur'an
BAB I
Sejarah Turun dan pemeliharaan Al Qur’an
1.
Tahapan Turunnya Al
Qur’an
Al Qur’an Tersimpan di Lauh
Mahfudz
Baitul Izzah Langit Dunia pada
Lailatul Qadar
Muhammad selama 23 tahun secara
berangsur-angsur
2.
Hikmah penurunan Al
Qur’an secara berangsur-angsur
·
Memantapkan hati Nabi
·
Melemahkan para penentang al Qur’an
·
Memudahkan untuk dihafalkan dan difahami
·
Mengiringi Konteks yang terjadi
·
Bukti bahwa al Qur’an bukan ciptaan manusia
3.
Pemeliharaan Al Qur’an
Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin
·
Masa Nabi : Di hafalkan
Ditulis dalam berbagai
media yang ada
·
Masa Abu Bakar : Muncul ide untuk
menuliskan al Qur’an oleh Umar
·
Masa Umar : Penulisan al Qur’an
dilakukan dengan membuat kepanitiaan
·
Masa Usman : Upaya penyeragaman dan
standarisasi teks dan bacaan al Qur’an
Pengiriman mushaf Imam ke
berbagai negara
Pemusnahan mushhaf non
usmani
4.
Nama-Nama Penghafal Al
Qur’an
-
Ubay ibn Ka’ab
-
Muadz bin Jabal
-
Zayd ibn Tsabit
-
Abu Zayd al Anshary
BAB II
‘ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA”
•
Masa Rasulullah-Khalifah Ali Bin Abi Thalib (35-40H),
Ilmu al Qur’an masih diriwayatkan secara lisan (Oral Transmission)
•
Abad ke-2 H, Upaya pembukuan al qur’an mulai dilakukan,
namun ulama’ masih terfokus pada tafsir. Berlangsung sampai abad ke-3 H.
•
Abad ke-3 H, ditandai dengan munculnya Tafsir at Thabary
oleh Muhammad ibn Jarir al thabari
(w.310 H), disusun secara sistematis, memuat i’rab dan pendapat berbagai
kalangan. Ulumul Qur’an ditulis secara tematik.
•
Abad ke-4, perkembangan
ulumul Qur’an hampir sama dengan abad ke-3 H
•
Abad ke-5, muncullah Ali Ibrahim bin Said al Hufiy (w.430
H) yang menghimpun bagian-bagian Ulumul Qur’an dalam kitab al Burhan fi Ulum al
Qur’an. Sehingga para ulama menganggap al Hufiy sebagai tokoh pertama yang
membukukan Ulumul Qur’an.
•
Abad ke-6, lahirlah kitab al Funun al Afnan fi ‘Ajaibi
‘Ulum al Qur’an karya Ibnu al Jauzi (w.597 H), al Mujtaba fi Ulum
tata’allaqu bi al Qur’an.
•
Abad ke-7 H, Muncul Alamuddin al Sakhawi (w. 641 H),
karyanya Jamal al Qurra wa kamal al Iqra’, Abu Syamah (w.665 H), karyanya al
Mursyid al wajid fi ma yata’allaq bi al Qur’an al Aziz.
•
Abad ke-8 H, lahir kitab al Burhan fi Ulum al Qur’an
karangan al Zarkasyi (w. 794 H).
•
Abad ke-9 H, Jalaluddin al Bulqini (w.824 H), menyusun
kitab Mawaqi’ al ‘Ulum fi Mawaqi’ al Nujum. Lahir pula Tahrir fi Ulum al Tafsir
& al Itqan fi Ulum al Qur’an karya al Suyuti (w. 911 H).
•
Abad ke 13 H, Ulumul Qur’an mulai berkembang lagi
ditunjukkan dengan penerjemahan al Qur’an dalam bahasa selain arab, diantara
tokohnya Tahir al Jazairi dengan karyanya al Tibyan fi ba’dh al Mabahits al
Muta’allqah bi al Qur’an tahun 1335,
•
Pada sekitar abad ini pula berkembang kajian tema al
Qur’an kontemporer, seperti: Kitab I’jaz al Qur’an karya Mushthofa Shadiq Al
Rafi’i, Tashwir al Fanny fi al Qur’an karya Sayyid Qutb, an Naba’ al ‘Adzim
karya Dr. M. Abd. Al Darraz.
•
Muhammad Ali Salamah karyanya Manhaj al Furqan fi Ulum al
Qur’an. Manahil al Irfan karya al Zarqani
sampai pada Manna’ Khalil Qattan dan Muhammad Ali as Shabuny.
1.
Diantara Ulama’ pada abad
2 H :
•
Yazid bin Harun as Salamy (w.117 H)
•
Syu’bah ibn al Hajjaj (w. 160 H)
•
Waki’ Ibn al Jarrah
(w.197 H)
•
Sufyan Ibn ‘Uyainah (w.198 H)
•
Abdurrazzaq bin Hammam (w.211 H)
Mereka adalah Ulama’ Hadist, mereka juga menyusun tafsir
berdasarkan bab, namun karya-karya mereka tidak sampai kepada kita.
2.
Beberapa karya Ulama’ Abad ke-3 H
-
Asbabun Nuzul karya Ali bin al Madini (w.234 H)
-
Nasikh wa al Mansukh karya
Abu Ubaid bin al Qasim bin salim (w. 224 H)
-
Musykil al Qur’an
karya Ibn Qutaibah (w.276 H)
3.
Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-4 :
• Al Hawi fi Ulum al Qur’an karya
Muhammad bin Khalaf (w.309 H)
• Ulum al Qur’an karya
Abu Bakar Muhammad bin al Qasim al Anbary (w.328 H)
• Gharib al Qur’an karya
Abu Bakar al Sijstani (w.330 H)
• Al-Istighna’ fi Ulum
al-Qur’an karya Muhammad bin Ali al Adfawy (w.388 H)
4.
Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-5 :
-
I’jaz al Qur’an karya Abu Bakar al Baqilani
(w.403 H)
-
I’rob al Qur’an karya Ali bin Ibrahim bin sa’id
al Hufy (w. 430 H)
-
Amtsal al Qur’an karya al Mawardi (w.450 H)
-
Majaz al Qur’an karya al ‘Izz bin ‘Abdissalam (w.660 H)
5.
Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-7 :
-
‘Ilm al Qira’at karya
‘Alamuddin al Sakhawy (w.643 H)
6.
Beberapa Karya Ulama’ Abad ke-8 :
-
Aqsam al-Qur’an karya
Ibn al Qayyim (w.751 H)
7.
ULUMUL QUR’AN MASA SEKARANG
• Perkembangan
Ulumul Qur’an di Indonesia juga dapat dirasakan dengan munculnya buku ulumul
Qur’an berbahasa Indonesia, antara lain: Ilmu-Ilmu al Qur’an karya
Hasbi ash Shiddiqy.
• Ditambah
dengan maraknya penerjemahan buku Ulumul Qur’an dari timur tengah maupun Barat.
Misalnya, Mafhum al Nash karya sarjana muslim kontemporer, Nashr Hamid
Abu Zaid, al Kitab wa al Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah Karya Muhammad Syahrur.
•
Ada juga beberapa karya sarjana muslim dalam Bahasa
Inggris, misalnya, The Qur’an: a Short Introduction karya Farid Esack, Ulum
al Qur’an karya Ahmed Von Deffer.
•
Penerjemahan buku Ulumul Qur’an karya sarjana Barat, juga
memberikan nuansa tersendiri. Antara lain: Introduction to the Qur’an
karya Richard Bell, dan beberapa karya Montgomery Watt.
•
Banyak pula artikel ilmiah, jurnal yang diterbitkan dalam
diskursus Ulumul Qur’an.
Al Qur’an;
Sumber ilmu dan Hukum
Alat Pendukung: Hadits / Sunnah Nabi ALAT : ULUMUL QUR’AN
Tauhid
Fiqih
Akhlaq, dll
BAB III
ASBABUN NUZUL
1.
Pengertian Asbabun Nuzul
§ Terjadinya suatu
peristiwa, kasus, atau pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah, terjadinya
berdekatan menjelang turunnya ayat, dimana ayat tersebut berkaitan dengan
peristiwa atau pertanyaan itu.
2.
Bentuk-Bentuk Asbaabun Nuzul
§ تعدد النّازل والسّبب واحد
Contoh : surat an nisa
32, al Ahzab 35, ali Imron 195 dalam riwayat tentang ummu salamah.
أخبرنا
اسماعيل بن أبي القاسم الصوفي، أخبرنا إسماعيل بن نجيد، حدثنا جعفر بن محمد بن
سوار، أخبرنا قتيبة، حدثنا سفيان بن عيينة، عن ابن أبي نجيح، عن مجاهد، قال: قالت أم
سلمة: يا رسول الله تغزو الرجال ولا
نغزو، وإنما لنا نصف الميراث، فأنزل الله تعالى : (ولا تتمنّوا ما فضّل الله به
بعضكم على بعض..... الآية) النساء : 32
§ تعدد السبب والنازل
واحد
Surat al Ikhlash turun dengan 2 sebab. Pertama di
Makkah sebagai jawaban kaum musyrikin, dan kedua di Madinah sebagai jawaban
atas ahli kitab.
قال
قتادة والضحاك ومقاتل: جاء ناس من اليهود الى النبي، فقالوا: صف لنا ربك، فإن الله
أنزل نعته فى التوراة، فأخبرنا من أي شيئ هو ؟ ومن أي جنس هو ؟ أ ذهب هو أم نحاس
أم فضة؟ وهل يأكل ويشرب ؟ وممّن ورث الدنيا ومن يورثها ؟ فأنزل الله تعالى هذه
السورة، وهي نسبة الله خاصة.
§ تعدد السبب والنازل
واحد
Surat al Ikhlash turun dengan 2 sebab. Pertama di
Makkah sebagai jawaban kaum musyrikin, dan kedua di Madinah sebagai jawaban
atas ahli kitab.
قال
قتادة والضحاك ومقاتل: جاء ناس من اليهود الى النبي، فقالوا: صف لنا ربك، فإن الله
أنزل نعته فى التوراة، فأخبرنا من أي شيئ هو ؟ ومن أي جنس هو ؟ أ ذهب هو أم نحاس
أم فضة؟ وهل يأكل ويشرب ؟ وممّن ورث الدنيا ومن يورثها ؟ فأنزل الله تعالى هذه
السورة، وهي نسبة الله خاصة.
3.
Bagaimana Cara Mengetahui asbab al nuzul ?
§ Riwayat
yang shahih (valid) dari para sahabat yang mendengar atau menyaksikan langsung kejadian yang
berhubungan dengan turunnya ayat tertentu, atau orang yang telah melakukan
penelitian cermat dari kalangan tabi’in atau ulama’ yang dapat dipercaya.
4.
Bagaimana cara mengetahui validitas riwayat Asbabun Nuzul
Apabila perawi secara
tegas mengatakan“سبب نزول هذه الآية كذا و
كذا ....“ atau “ sebab turunnya ayat adalah
demikian...”
Terkadang perawi tidak
menyebutkan kata sebab, tetapi memasukkan huruf ‘fa’ (maka) pada kata ‘nazala’
Terkadang ada bentuk
ungkapan yang tidak menyatakan dengan tegas sebab turunnya ayat, seperti
keterangan perawi, ” ayat ini turun tentang soal demikian”. (as Shabuny, at
Tibyan)
5.
Bagaimana jika ditemukan beberapa riwayat berbeda tentang
sebab turun ayat ?
-
Bila mufassir mengemukakan 2
riwayat; yang pertama menyebutkan sebab turunnya ayat secara tegas, sedang yang
kedua tidak, maka yang diambil adalah riwayat pertama (yang jelas/sharih)
-
Bila terdapat 2 riwayat
mengungkapkan sebab yang berbeda dari ayat yang sama, maka yang dipegangi sanad
yang shahih bukan yang dha’if.
-
Bila 2 sanadnya sama-sama
shahih, maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga diketahui riwayat
yang terkuat diantara keduanya.
-
4. Bila 2 riwayat
sama-sama shahih, sedangkan jarak waktu antara keduanya berdekatanmaka ayat
tersebut turun karena 2 kasus, keduanya dapat dikompromikan.
-
5. Apabila 2 riwayat
sama-sama shahih dan satu sama lain tidak bisa dikompromikan, apalagi jeda
waktunya cukup jauh maka ditetapkan ayat tersebut turun berulangkali.
6.
Kaidah-Kaidah Asbaabun Nuzul
§ العبرة بعموم اللفظ لا بحصوص السبب
§ Makna ayat berdasarkan
keumuman lafadz bukan berdasarkan kekhususan sebab. (Ibn Taimiyah, Muhammad
Abduh)
§ العبرة بخصوص السبب لا بعموم اللفظ
§ Makna ayat berdasarkan
kekhususan sebab bukan keumuman lafadz. Makna ayat berdasarkan sebab turunnya.
Menekankan pentingnya qiyas untuk menarik makna yang memiliki latar belakang
asbabun nuzul.
فوائد معرفة أسباب النزول.7
-
Untuk mengetahui hikmah dan rahasia dibalik legislasi
hukum
-
Untuk menentukan hukum kekhususan suatu ayat
-
Menghindarkan prasangka arti ayat hanya pada batas
tertentu (Hasr)
-
Memastikan pelaku turunnya ayat al Qur’an
-
Implikasi sebuah firman dapat langsung dipahami sesuai
konteksnya
-
Menentukan apakah makna ayat mengandung aplikasi yang
bersifat khusus atau umum
BAB IV
ILMU
MUNASABAH
1. Pengertian Munasabah
Suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian al Qur’an, baik ayat
dengan ayat atau surat dengan surat. (Nadzm al Durar, Ibrahim Umar al Biqa’i)
أنواع المناسبة
-
Antara surat
dengan surat sebelumnya
-
Nama surat dengan
kandungan-nya
-
Bagian dalam satu
surat
-
Ayat yang
berdampingan
-
Kelompok ayat
yang berdampingan
-
Fashilah dengan
isi ayat
-
Penutup surat
dengan awal surat
2. Macam-macam munasabah antar ayat
a.
Jelas : Ta’kid, Tafsir, I’tiradh, Tasydid
b.
Tidak Jelas: Tandzir,
Mudhadat, Istithradh, Takhallus
3. Langkah-Langkah Menemukan Munasabah
-
Memperhatikan
tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi obyek pencarian
-
Memperhatikan
uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
-
Menentukan
tingkatan uraian-uraian itu, apakah memiliki hubungan atau tidak
-
Memperhatikan
ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan, dalam mengambil
kesimpulan. (Al Itqan Fi Ulum al
Qur’an, As Suyuthi)
4. Apa Manfaat Mempelajari Munasabah ?
-
Membantu
menafsirkan ayat-ayat al Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau
ayat dengan kalimat atau ayat lain
-
Dapat mengetahui
tingkat estetika bahasa al Qur’an dan konteks kalimat antara satu dengan yang
lain serta kesesuaian ayat atau surat satu dengan yang lain
-
Mengetahui
hubungan antara bagian al Qur’an, baik antara kalimat, ayat maupun surat,
sehingga memperdalam pemahaman dan pengetahuan terhadap al Qur’an dan
memperkuat bukti kemukjizatan al Qur’an
-
Dapat
meng-counter anggapan sebagian orang bahwa tema-tema al Qur’an kehilangan
relevansinya antar satu bagian dengan bagian lain.
5.
Contoh
– Contoh
Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
الآية: الحمد لله رب العالمين (الفاتحة: 2) و
الآية : فاذكروني أذكركم واشكرولي ولا تكفرون (البقرة: 152)
Munasabah
antar nama surat dan tujuan turunnya.
Munasabah
antar bagian dalam suatu ayat.
هو الذي خلق السموات والارض فى ستة أيام ثم استوى
على العرش يعلم ما يلج فى الأرض وما يخرج منها وما ينزل من السماء وما يعرج فيها
.... الآية
Munasabah
antar ayat yang letakya berdampingan
-
Pola ta’kid :
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين
-
Pola tafsir :
-
..... هدى للمتقين الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة... الآية
BAB V
I’JAZ
AL-QUR’AN
1.
Apa itu
mukjizat ?
أمر خارق للعادة مقرون بالتحدّي سالم عن المعارضة
(منّاع القطان)
Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai
adanya unsur tantangan dan tidak akan dapa ditandingi.
Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi pada
seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada
yang ragu untuk mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.
2.
Unsur-Unsur
Mukjizat
Hal atau peristiwa luar biasa
Terjadi dan dipaparkan oleh seseorang yang mengaku
nabi
Mengandung tantangan bagi orang yang meragukan
kenabian
Tantangan tersebut tidak mampu dilayani
3.
أنواع الإعجاز
Mukjizat yang bersifat material yang
tidak kekal (حسيّ)
Mukjizat Immaterial, logis yang dapat
dibuktikan sepanjang masa (معنويّ)
4. وجوه الإعجاز
Gaya
bahasa
Susunan
Kalimat (اسلوب)
Hukum
Ilahi (I’jaz tasyri’)
Berita-Berita
Ghaib
5. Ketelitian
redaksinya
-
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
antonimnya
-
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya
-
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata
yang menunjukkan akibatnya
-
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya
-
Keseimbangan khusus
6. Isyarat-Isyarat
Ilmiah
-
Kurangnya oksigen pada ketinggian tertentu (الأنعام: 125)
-
Perbedaan sidik jari manusia (القيامة:
4)
-
Kulit merupakan indera perasa terluar (النساء: 56)
-
Aroma bau manusia berbeda (يوسف:
94)
7. Manfaat adanya (mempelajari) Mukjizat :
-
Menguatkan
argumentasi tentang kebenaran al Qur’an
-
Menguatkan
argumentasi kebenaran Rasul
-
Menambah keimanan
bagi yang sudah beriman
BAB VI
ILMU QIRA’AH
1.
ما
تعريف القراءات ؟
Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati
dan diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughot, hadzaf, I’rab,
itsbat, fashl dan washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan. (Al
Qasthalany)
Suatu madzhab cara pelafalan al Qur’an yang dianut
salah satu imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW. (ash
Shabuny)
مذهب يذهب اليه امام من أئمة القراء مخالفا به
غيره فى النطق بالقرآن الكريم مع اتفاق الروايات والطرق عنه سواء اكانت هذه
المخالفة فى نطق الحروف أم فى نطق هيئاتها (عبد العظيم الزرقاني)
علم بكيفيات أداء كلمات القرآن واختلافها بعزو
النافلة (الجزري)
2.
Latar
Belakang Timbulnya Perbedaan Qira’at
-
Latar belakang
Historis
-
Latar belakang
cara penyampaian
a.
Perbedaan dalam
I’rob atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat
b.
Perbedaan pada
I’rab dan harakat kalimat sehingga mengubah maknanya
c.
Perbedaan pada
perubahan huruf tanpa perubahan I’rab dan bentuk tulisannya, sementara maknanya
berubah
d.
Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada
bentuk tulisannya, tetapi maknanya tidak berubah
e.
Perbedaan
pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah.
f.
Perbedaan
dengan mendahulukan dan mengakhirkan
g.
Perbedaan
dengan menambahkan dan mengurangi huruf
3. Sebab – Sebab Perbedaan Qira’at
-
Perbedaan qira’at
nabi
-
فلا تعلم
نفس ما اخفي لهم من قرة أعين (مصحف عثماني)
-
فلا تعلم
نفس ما اخفي لهم من قرات أعين (السجدة: 17)
-
Pengakuan nabi
terhadap berbagai qira’at yang berlaku dikalangan muslimin pada masa itu.
-
Adanya riwayat
dari para sahabat nabi menyangkut berbagai versi qira’at yang ada. Bacaan orang
hudzail(حتى حين) menjadi (عتى حين) .
-
Adanya lahjah
atau dialek kebahasaan dikalangan bangsa arab pada masa turunnya al Qur’an.
4.
انواع القراءات
Dari segi
Kuantitas
1. Qira’ah sab’ah (Imam Qiraah yang 7)
a.
Ibnu Katsir
(wafat 120 H)
b.
Nafi’ bin
Abdurrahman (WAFAT 169 H)
c.
Abu ‘Amir ad
Dimasyqi (w.118 H)
d.
Abu ‘Amr (wafat
154 H)
e.
Ya’qub (Wafat 205
H)
f.
Hamzah (188 H)
g.
Ashim (wafat 127
H)
2. Qira’at
‘asyrah
3. Qira’at
arba’ ‘asyar
Dari
Aspek Kualitas
1. Qira’ah
mutawatirah
2. Qira’ah
Masyhur
3. Qira’ah
Ahad; sanad shahih namun menyalahi tulisan mushaf ustmany dan kaidah bahasa
arab, tidak masyhur. Contoh :
متكئين على رَفَارِفَ خُضْرٍ و عَبَاقَرِيَ
حِسَانٍ
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ من أَنْفَسِكُمْ
4. Qira’ah
syadzah (Menyimpang); sanadnya tidak shahih. Contoh :
مَلَكَ يَوْمِ الدِّين , اِيَّاكَ يُعْبَدُ ..
5. Qiraat Maudhu’; Palsu
6. Qiraat
yang menyerupai hadis mudraj, adanya
sisipan dengan tujuan penafsiran
5. Pengaruh Qira’at dalam
Istinbath hukum
-
Dapat menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati
ulama
-
Dapat mentarjih hukum yang diperselisihkan ulama
-
Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum yang
berbeda
-
Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum yang
berbeda dalam kondisi berbeda pula
-
Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata
yang sulit dipahami didalam al Qur’an.
6. Syarat diterimanya Qira’at
-
Sesuai kaidah bahasa arab
-
Riwayatnya menggunakan Sanadnya shahih
-
Sesuai dengan salah satu mushaf Usmany
BAB VII
اَلْمُحْكَمْ وَالْمُتَشَابِهْ
منشأ الإختلاف
هو الذي انزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم
الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء
الفتنة وابتفاء تأويله وما يعلم تأويله الا الله والراسخون فى العلم يقولون آمنا
به كل من
ماهو المحكم والمتشابه ؟
المحكم ما عرف المراد منه، اما بالظهور واما
بالتأويل. والمتشابه ما استأثر الله بعلمه.
المحكم ما وضح معناه. والمتشابه نقيضه.
المحكم ما لا يحتمل من التأويل إلا وجها واحدا.
والمتشابه ما احتمل أوجها.
المحكم ما كان معقول المعنى. والمتشابه بخلافه،
كأعداد الصلوات.
أقسام الآيات عند اعتبار بعضها ببعض
محكم على الإطلاق
متشابه على الإطلاق
محكم من وجه متشابه من وجه
أنواع المتشابه.
متشابه من جهة اللفظ فقط
متشابه من جهة المعنى فقط
متشابه من جهتهما
متشابه من جهة اللفظ فقط :
يرجع الى الألفاظ المفردة. إما من جهة الغرابة
(الأب) و (يزفون)، او الإشتراك كاليد واليمين.
يرجع الى جملة الكلام المركب، وذالك ثلاثة أضرب:
ضرب لاختصار الكلام (وان خفتم الا تقسطوا..
الآية)
ضرب لبسطه (ليس كمثله شيئ... الآية )
ضرب لنظم الكلام
(..أنزل على عبده الكتاب .. الآية)
متشابه من جهة المعنى فقط :
أوصاف الله تعالى وأوصاف القيامة، فإن تلك
الأوصاف لا تتصور لنا.
متشابه من جهتهما خمسة اضرب :
من جهة الكمية، كالعموم والخصوص. نحو: (فاقتلوا
المشركين... الآية ) التوبة : 5
من جهة الكيفية: كالوجوب والندب. نحو: (فانكحوا
ما طاب لكم.. الآية) النساء: 3
من جهة الزمان، كالناسخ والمنسوخ. نحو: (اتقوا
الله حق تقاته.. الآية ) ال عمران: 102
من جهة الشروط، التى يصح بها الفعل أو يفسد،
كشروط الصلاة والنكاح.
من جهة المكان والأمور التى نزلت فيها. نحو:
(وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها ... الآية) البقرة: 189. فإن من لا يعرف
عادتهم فى الجاهلية يتعذر عليه تفسير هذه الآية.
أنواع المتشابه من جهة معرفته
ضرب لا سبيل الى الوقوف عليه. كوقت الساعة
ضرب للإنسان سبيل إلى معرفته. كالألفاظ الغريبة
والأحكام القلقلة.
ضرب متردد بين الأمرين، يختص بمعرفته بعض
الراسخين فى العلم ويخفى على من دونهم.
ما موقف العلماء عن المتشابه فى القرآن ؟
Madzhab Salaf : Percaya terhadap ayat
mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri. Mereka menyucikan
Allah dari pengertian lahir yang mustahil bagi Allah. Diantara tokohnya adalah
Imam Malik.
Madzhab Khalaf: perlunya menakwilkan
ayat mutasyabihat yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang
sesuai dengan kemulyaan Allah.
1.
Contoh penakwilan Ulama Khalaf
الإستواء Ditakwilkan dengan pengendalian Allah
terhadap alam tanpa merasa kesulitan.
جاء ربك Ditakwilkan dengan kedatangan
perintahnya
وهو القاهر فوق عباده Menunjukkan Allah Maha Tinggi
جنب الله Ditakwilkan dengan Hak Allah
وجه الله Ditakwilkan dengan pengawasan Allah
يد الله ditakwilkan dengan Kekuasaan Allah
Ibn
Qutaibah menentukan 2 syarat dapat diterima nya sebuah penakwilan :
1.
Makna tersebut
sesuai dengan hakikat kebenaran yang diakui oleh pemilik otoritas
2.
Arti yang dipilih
dikenal dalam bahasa arab klasik
ما موقف العلماء عن الأحرف المقطعة ؟
-
Ulama’ Salaf
memahami sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Tokoh pendapat ini
diantara Ali Bin Abi Thalib, Abu Bakar.
-
Sebagian ulama
yang menyatakan bahwa manusia pun mengetahui rahasia makna nya.
2. Pandangan Pakar Al Qur’an
As-Suyuti menukilkan pendapat
Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut :
·
الم
berarti
انا الله اعلم
·
المص
berarti
انا الله اعلم وافضل
·
الر
berarti
انا الله ارى
·
كهيعص diambil dari كريم – هاد – حكيم – عليم – صادق juga berarti كان – هاد – يمين – عالم – صادق
3. Pandangan Orientalis
orientalis Jerman, Nolkede adalah orang
pertama mengemukakakn dugaan bahwa huruf-huruf Muqatta’ah itu merupakan
penujukan nama-nama para pengumpulnya. Misalnya Sin sebagai kependekan dari
nama sahabat Sa’ad Ibn Abi Waqash, Mim dari nama Al-Mughirah, Nun dari nama
Usman bin Affan dan Ha’ dari nama Abu Hurairah.
Kemudian ia sendiri
meninggalkan pandangan ini dan dalam artikel-artikelnya yang belakangan ia
mengemukakan pandangan huruf-huruf itu merupakan simbol-simbol yang tidak
bermakna, mungkin sebagai tanda-tanda magis atau tiruan-tiruan dari tulisan
kitab samawi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad.
BAB VIII
MAKKYAH DAN
MADANYIAH
1.
Pengertian Qashash (Kisah)
Dari segi bahasa al-qashash
atau al-qish-shotu yang berarti cerita ia semakna dengan tatabbu’ul
atsar, yaitu pengulangan kembali masa lalu.
Dari segi istilah, kisah
berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam masa-masa yang saling
berurut-urut. Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan mengenai ihwal ummat yang
telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.
2.
Macam-macam Kisah dalam Al-Qur’an
Kisah Para Nabi
terdahulu. Kisah ini mengandung informasi mengenai dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat
yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang menentang dan
mendustakannya. Misalnya kisah nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun dan Isa.
Kisah-kisah yang menyangkut
pribadi-pribadi dan golongan-golongan dengan segala kejadiannya yang di nukil
oleh Allah untuk dijadikan pelajaran, seperti kisah Maryam, Lukman,
Dzulqarnain, Qarun dan Ash-habul Kahfi.
3.
Kisah-kisah yang menyangkut
peristiwa-peristiwa pada masa Rasulullah SAW, seperti perang Badar, perang
Uhud, perang Ahzab, Bani Quraizah, Bani Nadzir dan Zaid bin Haritsah dengan Abu
Lahab.
3.
Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Menjelaskan Balaghah Al-Qur’an dalam tingkat
paling tinggi. Kisah yang berulang itu dikemukakan disetiap tempat dengan
ushlub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang
berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan, bahkan dapat
menambah kedalam jiwanya makna-makna baru yang tidak di dapatkan di saat
membacanya di tempat yang lain.
Menunjukan kehebatan Al-Qur’an, sebab mengemukakan sesuatu makna dalam
berbagai bentuk susunan kalimat dimana salah satu bentukpun tidak di tandingi
oleh sastrawan Arab, merupakan bukti bahwa Al-Qur’an itu murni datangnya
dari Allah SWT.
Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya
lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah
satu cara pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur’an terhadap
masalah tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir’aun. Kisah ini
mengisahkan pergulatan sengit antara kebenaran dan kebathilan.
Penyajian seperti itu menunjukan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu
di ungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu tempat, karena
hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di
tempat lain, sesuai dengan keadaan.
4. Tujuan
Kisah dalam Al-Qur’an
Salah satu tujuan cerita itu ialah
menetapkan adanya wahyu dan ke-Rasulan.
Menerangkan bahwa agama dari Allah, dari
masa Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin
semuanya merupakan satu ummat, bahwa Allah yang Maha Esa adalah Tuhan bagi
semuanya (Q.S. 21 : 51 – 92)
Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat
beliau di atas ajaran (Dien) Allah Subhanahu wa Ta'ala
Mengokohkan kepercayaan kaum mukminin akan
kemenangan al-haq dan tentaranya serta terhinanya kebatilan dan para
pembelanya.
Kisah itu merupakan sebagian contoh
tentang adab yang harus diperhatikan dan pelajaran-pelajarannya tertanam kuat
di dalam jiwa. Firman Allah :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي اْلأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي اْلأَلْبَابِ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)
Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan
peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini
dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan
sosial serta pengaruhnya baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
Category: mata kuliah
0 komentar