psikologi perkembangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.
PERKEMBANGAN
A.
Pengertian
Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan
pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini
perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada
fungsi-fungsi.
Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu
proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping
itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan
salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai
perubahan atau proses psikologis.
B.
Hukum-Hukum
Perkembangan
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan.
Pertumbuhan sesuatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan bahkan
perubahan fungsi pada materi jasmaniah itu. Perubahan fungsi jasmaniah dapat
menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah
sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan.
Adapun hukum-hukum dalam perkembangan
antara lain seperti yang dikemukakan di bawah ini.
1.
Perkembangan adalah kualitatif
Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai
fungsi. Telah dikemukakan di atas bahwa perubahan fungsi tidak terjadi secara
kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikian, perkembangan itu
adalah kuantitatif. Kualitatif di sini dihubungkan dengan hasil dari perubahan
yang tidak dapat dihargai secara kuantitatif.
2.
Perkembangan sangat dipengaruhi oleh
proses dan hasil dari belajar
Dengan belajar, orang memperoleh pengalaman. Belajar
merupakan kegiatan yang dinamis karena itu wajarlah bahwa pengetahuan,
keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat kedewasaan
seseorang. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan indikator penting
bagi perkembangan orang itu.
3.
Usia Ikut Mempengaruhi Perkembangan
Dengan bertambahnya usia, maka pertumbuhan seseorang
langsung terus menuju kepada tingkat kematangan-kematangan tertentu pada
fungsi-fungsi jasmaniah.
4.
Masing-Masing Individu Mempunyai
Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda
Dalam keadaaan normal, perkembangan seseorang berlangsung
dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama bila dibandingkan dengan tempo
perkembangan orang lain.
5.
Dalam Keseluruhan Periode
Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu Memiliki Pola Umum Yang Sama
Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang
sama, karena masing-masing individu memiliki materiil serta funggs-fungsi yang
sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat “genes” terjadi secara
kesinambungan dan teratur, meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang
menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan, namun pola umum perkembangan tetap
sama.
6.
Perkembangan dipengaruhi Oleh
Hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi
perkembangan individu. Hereditas nenumbuhkan fungsi-fungsu dan kapasitas,
sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembang fungsi-fungsi dan kapasitas itu.
Baik stimuli hereditas, maupun stimuli lingkungan berinteraksi saling
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.
7.
Perkembangan Yang Lambat Dapat
Dipercepat
Perkembangan seseorang dikatakan terlambat apabila
pribadinya tidak berkembang sesuai dengan pola perkembangan sendiri yang
normal. Kelambatan perkembangan ini dapat dipercepat melalui kepemimpinan
pengajaran yang didaktis.
8.
Perkembangan Meliputi Proses
Individual dan Integrasi
Meskipun pola tingkah laku individu pada mulanya bersifat
umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masing-masing
fungsi yang tidak bersamaan.
C.
Tahap-Tahap
Perkembanga Pribadi Manusia
Perkembangan pribadi manusia meliputi beberapa aspek
perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis, perkembangan psikologis,
perkembangan sosial, dan perkembangan didaktis/pedagogis. Tahap-tahap
perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut tidak sama.
1.
Tahap-Tahap Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis seperti telah diuraikan pada
pembahasan terdahulu, merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan
fungsi-fungsi fisiologis.
2.
Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa
bayi hingga masa dewasa
3.
Tahap-Tahap Perkembangan Secara
Pedagogis
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis
dapat dikemukakan di sini menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tinjauan
teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus
perlakuan pendidikan.
Mengenai
tahap-tahap perkembangan pribadi dari sudut tinjauan teknis khusus perlakuan
pendidikan, secara otomatis dapat kita ambil pentahapan perkembangan psikologis
yang baru saja dikemukakan di atas. Di sini kita tinggal membicarakan
perlakuan-perlakuan yang diperlukan dalam pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan tingkat-tingkat anak didik. Berikut ini dikemukakan secara garis
besar tentang perlakuan-perlakuan pendidikan menurut tingkat-tingkat
perkembangan psikoogis anak didik.
D.
Fase dan
Ciri Perkembangan
Fase perkembangan manusia tidak terlepas dari proses
pertumbuhan manusia itu sendiri akan tetapi fase perkembangan pada diri manusia
berbeda dari makhluk-makluk lainnya mempunyai fromi yang khusus. Ia
mempunyai fungsi mengikat (fungsi mnemic) dan ia memiliki fungsi
realisasi diri (dinamakan entelecbt) yang menyebabkan manusia bisa
berkembang ke arah bisa dikehendakinya sendiri (sarwono, 1986 : 8 & 23).
Walaupun demikian, Aristoteles (384-322 SM) membagi masa perkembangan selama
masa 21 tahun dalam tiga septiniah (tiga periode kali tujuh tahun) yang
dibatasi oleh dua gejala alamiah yang penting yaitu : pergantian gigi dan
munculnya gejala-gejala pubertas.
Sedangkan perkembangan menurut Charlote Buhler terbagi
kepada beberapa bagian sebagai berikut :
1.
Fase 0-1 tahun : Masa-masa
menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan saat melatih fungsi-fungsi terutama
melatih fungsi motorik: yaitu fungsi-fungsi yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.
2.
Fase 2-4 tahun : Masa pengenalan
dunia obyektif di luar diri sendiri disertai penghayatan subyektif.
3.
Fase 5-8 tahun : masuk pada sosialisasi
anak. Pada saat ini anak mulai memasuki masyarakat luas (misalnya taman
kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermaian dan sekolah rendah).
4.
Fase 9-11 tahun : masa sekolah
rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektifitas tertinggi.
5.
Fase 14-19 tahun : masa tercapainya
sintesa antar sikap ke dalam batin sendiri dengan sikap ke luar kepada
dunia obyektif.
Dari beberapa fase perkembangan yang dikemukakan oleh
Charlote Buhler di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bukanlah suatu
perkembangan yang terjadi secara berangsur-angsur yang lepas satu sama lain.
tetapi rentetan yang tidak putus-putusnya dari pada struktur yang makin
sempurna.
2.
KONSEP
PSIKOLOGIS MANUSIA
Manusia
adalah satu-satunya makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Menusia
berfikir dan merenung, kemudian menjadikan dirinya sebagai obyek fikiran dan
renungan.. Manusia sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Terkadang
manusia dipuja, tetapi di kala yang lain ia dihujat. Secara internal manusia
sering merasa bangga dan bahagia menjadi manusia, tetapi di mata orang lain
atau di waktu yang lain, ia terkadang menyesali diri sendiri, menyesali
keberadaannya sebagai manusia.
Ada manusia
yang perilakunya berada di luar batas perikemanusiaan, tetapi ada juga manusia
yang begitu tinggi tingkat kemanusiaannya sehingga ia disebut sebagai
"manusia suci". Pada umumnya manusia tertarik untuk bertanya tentang
dirinya ketika berada dalam puncak-puncak kebahagiaan, kesedihan, ketakutan,
keberhasilan dan puncak kegagalan. Ada kesepakatan pandangan, bahwa betapapun
manusia terdiri dari jiwa dan raga, tetapi penilaian tentang kualitas manusia
terfokus pada jiwanya, terkadang disebut
hatinya, karena hakikat manusia adalah jiwanya..
Dalam
sejarah keilmuan, lahirnya filsafat, antropologi, psikologi, ekonomi dan
politik sesungguhnya juga merupakan upaya mencari jawaban tentang manusia,
tetapi khusus tentang jiwa manusia, ia dibahas oleh filsafat, psikologi dan agama.
Psikologi
sebagai disiplin ilmu baru lahir pada akhir abad 18 Masehi, tetapi akarnya
telah menghunjam jauh ke dalam kehidupan primitif umat manusia. Plato sudah
mengatakan bahwa manusia adalah jiwanya, tubuhnya hanya sekedar alat saja.
Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana
penglihatan adalah fungsi dari mata.
Hinga kini sekurang-kurangnya ada empat mazhab psikologi, yakni
(1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme. Empat mazhab
itu menggambarkan adanya dinamika pemahaman terhadap manusia yang sifatnya
trial and error.
Freud dengan
teori psikoanalisanya memandang manusia
sebagai homo volens, yakni makhluk yang perilakunya dikendalikan oleh alam
bawah sadarnya. Menurut teori ini, perilaku manusia merupakan hasil interaksi dari tiga pilar
kepribadian; id, ego dan super ego, yakni komponen biologis, psikologis dan
social, atau komponen hewani, intelek dan moral.
Teori ini
dibantah oleh Behaviorisme yang memandang perilaku manusia bukan dikendalikan
oleh faktor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan yang nampak,yang terukur, dapat diramal dan dapat dilukiskan.
Menurut teori ini manusia disebut sebagai homo mechanicus, manusia mesin. Mesin
adalah benda yang bekerja tanpa ada motiv di belakangnya, sepenuhnya ditentukan
oleh factor obyektip (bahan baker, kondisi mesin dsb). Manusia tidak
dipersoalkan apakah baik atau tidak, tetapi ia sangat plastis, bisa dibentuk
menjadi apa dan siapa sesuai dengan lingkungan yang dialami atau yang
dipersiapkan untuknya.
Teori ini
dibantah lagi oleh teori Kognitip yang menyatakan bahwa manusia tidak tunduk
begitu saja kepada lingkungan, tetapi ia bisa aktip bereaksi secara aktip terhadap lingkungan dengan cara
berfikir. Manusia berusaha memahami
lingkungan yang dihadapi dan
merespond dengan fikiran yang dimiliki. Oleh karena itu menurut teori
Kognitip, manusia disebut sebagai homo sapiens, makhluk yang berfikir.
Teori
Kognitip dilanjutkan oleh teori Humanisme. Psikologi Humanistik memandang
manusia sebagai eksistensi yang positip dan menentukan. Manusia adalah makhluk
yang unik, memiliki cinta, krestifitas, nilai dan makna serta pertumbuhan
pribadi. Oleh karena itu teori Humanisme menyebut manusia sebagai homo ludens,
yakni manusia yang mengerti makna kehidupan.
Psikologi
lahir dari budaya sekuler, oleh karena itu Psikologi tidak mengenal Tuhan, dosa
maupun baik buruk. Yang dikenal dalam Psikologi adalah sehat psikologis dan
sakit psikologis. Meski demikian dewasa ini Psikologi Humanistik sudah mulai
meraba-raba wilayah yang sumbernya dari wahyu, yakni disamping membahas
kecerdasan intelektual dan emosional, juga dibahas kecerdasan spiritual.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA
Pada
pembahasan jiwa (anima|) diketahui bahwa manusia memiliki kesempurnaan
dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami perubahan-perubahan
baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis). Banyak faktor yang
menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Teori-teori
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
TEORI
NATIVISME
A.
Aliran
Nativisme
Pada
hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang
menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu factor
lingkungan termasuk factor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetic dari
kedua orangtua.
Dalam
teori ini dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak
lahir/bakat. Teori ini muncul dari filsafat nativisma ( terlahir ) sebagai
suatu bentuk dari filsafat idealism dan menghasilkan suatu pandangan bahwa
perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan factor
alam yang kodrati. Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer
(1788-1860) yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat kodrati tidak
dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur
Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan
menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari optimism yaitu pendidikan
pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh factor
pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada,
artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak.
Walaupun dalam kenyataan sehari-hari
sering ditemukan secara fisik anak mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi
bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika itu bukan satu-satunya
factor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada factor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan, mengetahui
kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jatidiri).
B.
Faktor-Faktor
perkembangan manusia dalam teori ini
1)
Faktor genetic
Adalah factor gen dari kedua
orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia.
Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka
anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya
besar.
2)
Faktor Kemampuan Anak
Adalah factor yang menjadikan
seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih
nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya
adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan
minatnya.
3)
Faktor pertumbuhan Anak
Adalah factor yang mendorong anak
mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara
alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik,
aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
C.
Tujuan-Tujuan
Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G.
Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.
Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa
perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan
teori ini setiap manusia diharapkan :
1)
Mampu
memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann
bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya.
Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa
berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
2)
Mendorong
manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih
kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi
manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan
manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
3)
Mendorong
manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana
terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia
tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan
meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
4)
Mendorong
manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan
aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki
ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
5)
Mendorong
manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali
bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang
dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya
sehingga bisa llebih optimal.
D.
Aplikasi
pada masa sekarang
Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh
pengaruh alam sekitar dan pendidikan (Arthur Schaupenhauer (1788-1860)).
Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka
pelatiahn dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak
lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah
potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena
tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan. Tetapi pelatihan yang
diselenggarakan itu didominasi oleh orang-orang yang memang mengetahui bakat
yang dimiliki, sehingga pada pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit
mendapat paksaan dari orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan
anak cenderung tertutup bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak
mempertimbangkan bakat, kemampuan dan minat anak.
Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk
menampung suatu bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan
dan berkembang denag baik sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal. Tanpa
disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka kegiatan-kegiatn yang bisa
mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar kegiatan akademik. Sehingga
selain anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas, tetapi jug bisa
mengembangkan bakat yang dimilikinya.
2.
TEORI EMPIRISME
A. Pengertian Empirisisme
Empirisisme adalah suatu doktrin
filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan
mengecilkan peranan akal. Istilah empirisisme diambil dari bahasa yunani
empeirikos yang berasal dari kata empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
Sebagai suatu doktrin , empirisisme adalah lawan dari rasionalisme.
Dua ciri pokok
teori aliran empirisisme :
a.
Teori
makna
Teori makna pada aliran empirisisme
biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul
idea / konsep . Pada abad pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus “
Nihil est in intelecctu quod non prius fuerit in sensu “ dan pernyataan ini
adalah tesis dari John Lucke .
b.
Teori
pengetahuan
Teori
pengetahuan dapat diringkaskan sebagai berikut, menurut orang rasionalis ada
beberapa kebenaran umum seperti “ setiap kejadian tentu mempunyai sebab ”
,dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika dan kebenaran -
kebanaran itu benar dengan sendirinya, yang dikenal dengan istilah kebenaran a
priori yang diperoleh lewat intuisi rasional, empirisisme menolak pendapat itu,
dengan mengatakan tidak ada kebenaran intuisi rasional itu.
B. Diantara beberapa Tokoh Empirisisme
1)
John Locke ( 1632-1704 )
John Locke adalah filosof Inggris, ia dilahirkan di Wrington, Somersetshire, pada tahun 1632 . Pada Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster dan tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford mempelajari agama Kristen.
Filsafat John ini dapat menerima keraguan sementara ( antimetafisika ), yang diajarkan oleh Descartes tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes dan ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman, bahkan si John juga menolak reason dan ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti .
Menurut John Locke “ semua pengetahuan datang dari pengalaman ” , ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang dikatakan oleh Plato , dengan kata lain John menolak adanya innate idea. Kenapa John lock mengatakan kalau innate idea itu tidak ada ? nah ini lah beberapa argument dari John Locke :
Dari jalan
masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada, memang agak
umum orang beranggapan bahwa innate itu ada , ia itu seperti distempelkan pada
jiwa manusia dan jiwa membawanya kedunia ini.
Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang innate idea dan argument ini ditarik dari persetujuan umum, nah bagaimana kita akan mengatakan bahwa innate idea itu ada padahal umum tidak mengakui adanya.
Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea
Argument ini secara lurus menolak adanya innate idea ,sekalipun ada , itu tidak dapat dibuktikan adanya, lebih jauh si John berargument :
Marilah kita andaikan jiwa itu laksana kertas kosong , tidak berisi apa-apa, juga tidak ada idea didalamnya, nah bagaimanakah mungkin ia berisi sesuatu ? untuk menjawab pertanyaan ini si John mengatakan dari pengalaman, didalamnya seluruh pengetahuan didapat dan dari sana seluruh pengetahuan berasal.
Pandangan tabula rasa dari John Lock merupakan konsep epistemologi yang terkenal dan inilah teori pengetahuan empirisisme. Tabula rasa yang di gambarkan sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemologi yang terkenal menurut John Locke.
2)
David Hume ( 1711-1776 )
Untuk menganalisis sesuatu , David Hume mengajukan 3 argument,yaitu :
v Ada idea tentang
kausalitas, suatu kejadian disebabkan oleh kejadian lain.
v Karena kita
mempercayai kausalitas dan penerapannya secara universal, kita dapat
memperkirakan masa lalu dan masa depan kejadian.
v Dunia luar diri
memang ada, yaitu dunia yang bebas dari pengalaman kita.
Semua objek pemikiran manusia secara alamiah dapat dibagi dua , yaitu :
ü Relations of
ideas yaitu pengetahuan yang jelas dengan sendirinya secara akal maupun secara
intuitif seperti pada aljabar, 3 x 5 = 15 adalah hubungan antar jumlah.
Proposisi jenis ini cukup diperoleh dengan operasi pemikiran tanpa bergantung
pada ada atau tidaknya bukti dilapangan.
ü Matter of fact
yaitu pengetahuan yang tidak terbukti kebenarannya maupun kepalsuannya, seperti
pernyataan matahari akan terbit besok atau matahari tidak akan terbit besok,
kedua – dua contoh ini tidak dapat dibuktikan secara langsung.
Lebih lanjut David Hume mengatakan, bahwa, bila anda ingin puas , anda mesti meneliti bagaimana Anda sampai pada pengetahuan tentang kausalitas, Hume menyimpulkan bahwa kita ini mengatahui tentang kausalitas bukan melalui akal, melainkan melalui pengalaman dan tidak ada akal atau pemikiran apapun yang memadai untuk membuat prediksi.
3.
TEORI KONVERGENSI
Teori
ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan
dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan
individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua
anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah
dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki
sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat
keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan
individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
TEORI ENDOGEN DAN EKSOGEN
Faktor
pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi
faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam.
Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis
yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak.
Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam
perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan
bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka
temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor
endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude).
Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu
arah.
Untuk
faktor lingkunganyang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen
yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam
sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu.
Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan
proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung
pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau
tidak. Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan
penuh kesadaran.
HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN
LINGKUNGAN
Pada
teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam
perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori
yaitu :
a.
Lingkungan
fisik adalah lingkungan yang berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan
tanah serta musim. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegunungan memberikan pengaruh
yang lain jika dibandingkan dengan pantai.
b.
Lingkungan
social adalah berupa lingkungan tempat individu berinteraksi atau sering yang
sebut dengan masyarakat. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk :
·
Lingkungan
sosial primer yaitu lingkungan social dengan adanya hubungan yang erat antara
anggota yang satu dengan yang lain. Lingkungan yang anggotanya saling kenal
dengan erat dan akrab.
·
Lingkungan
sosial sekunder yaitu lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat
longgar. Artinya anggota yang satu dengan yang lainnya kurang atau tidak
saling kenal mengenal.
Hubungan
individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik
lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap
individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1)
Individu
menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu
2)
Individu
menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu
3)
Individu
bersikap netral atau berstaus quo.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1) Hukum-hukum dalam perkembangan antara lain
- Perkembangan adalah kualitatif
- Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
- Usia Ikut Mempengaruhi Perkembangan
- Masing-Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda
- Dalam Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu memiliki Pola Umum Yang Sama
- Perkembangan dipengaruhi Oleh Hereditas dan Lingkungan
- Perkembangan Yang Lambat Dapat Dipercepat
- Perkembangan Meliputi Proses Individual dan Integrasi
2) Tahap-Tahap Perkembanga Pribadi
Manusia
o
Tahap-Tahap Perkembangan Fisiologis
o
Tahap-Tahap Perkembangan Psikologis
o
Tahap-Tahap Perkembangan Secara
Pedagogis
3)
Ada empat mazhab psikologi, yakni
(1)Psikoanalisa, (2) Behaviorisme, (3) Kognitip dan (4) Humanisme.
4)
Teori endogen dan eksogen
- faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam.
- faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu.
5)
Hubungan individu dengan
lingkungan
a.
Lingkungan
fisik adalah lingkungan yang berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan
tanah serta musim. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegunungan memberikan pengaruh
yang lain jika dibandingkan dengan pantai.
b.
Lingkungan
social adalah berupa lingkungan tempat individu berinteraksi atau sering yang
sebut dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, Prof. Dr., 1980. Pengantar
Psikologi Umum. ANDI: Jogjakarta.
Dan beberapa buku serta website yang
relevan
Category: makalah PAI
0 komentar