pendidikan kepribadian
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pendidikan
agama islam (PAI) adalah mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam kurikulum
sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Hasbullah, 2008 :
150). Legalitas tersebut tercantum dalam undang-undang dan sistem pendidikan
nasional no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu terdapat
pada bab II pasal 30 ayat 1, 2, dan 3,
yang berbunyi : Pendidikan agama di selenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya.
Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.[1]
Tujuan
pendidikan pada sekolah menengah lebih mengedepankan aspek pembentukan
kepribadian (personality) siswa. Hal ini disebabkan pada usia 12-15 tahun
termasuk remaja awal, sehingga kondisi sosial, emosional, dan sifat keberagamannya
belum stabil.
Pada masyarakat
modern, terutama di kota-kota besar telah terjadi kemerosotan akhlak, yang
apabila dilihat dari sudut moral, prilaku masayarakat ini telah menunjukkan
adanya dekadensi moral. Hal ini tidak hanya dialami orang dewasa saja akan
tetapi juga anak-anak remaja.
Banyak faktor
yang menyebabkan dekadensi moral anak dan remaja. Salah satu faktor yang cukup
dominan adalah kehancuran lembaga keluarga sebagai media pertama pembangun
moral dan kepribadian anak. Banyak dari sebagian besar orang tua telah
melupakan peran dan fungsinya dalam keluarga. Mereka terlalu disibukkan pada
upaya pemenuhan perut semata, terlalu terfokus pada kepentingan sisi lahiriah
ketimbang sisi batiniah. Mereka merasa bangga tatkala anggota keluarga (anak) telah
terpenuhi segala kebutuhan jasmani, namun sempatkah mereka berpikir untuk
memenuhi pula sisi rohani.
B.
Rumusan
masalah
Mengacu pada
latar belakang di atas, maka penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut
:
1.
Apa
definisi kepribadian?
2.
Apa
makna pendidikan kepribadian?
3.
Bagaimana
tujuan pendidikan kepribadian?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Mengetahui
definisi kepribadian.
2.
Mengetahui
makna pendidikan kepribadian.
3.
Mengetahui
tujuan pendidikan kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin persona
yang artinya “topeng”. Pada bangsa Yunani kuno para aktor memakai topeng untuk
menyembunyikan identitas mereka, dan memungkinkan mereka untuk mmerankan
beberapa tokoh dalam drama. Teknik dramatik ini kemudian diambil oleh bangsa
Roma, dan dari merekalah kita dapat istilah modern personality atau
kepribadian.[2]
Terdapat banyak definisi istilah “kepribadian” kebanyakan
diantaranya mengikuti defenisi Allport, karena merupakan salah satu yang paling
luas cakupannya. Menurutnya kepribadian adalah susunan sistem-sistem
psikofisik(kebiasaan , sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional dan perasaan)
yang dinamai dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu
yang unik terhadap lingkungannya.[3]
Dari beberapa pendapat tentang definisi kepribadian, ternyata dapat
dilihat adanya persamaan-persamaan atau persesuaian pendapat satu sama lain.
Diantaranya ialah, bahwa kepribadian menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi
dan merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada
individu dengan lingkungannya. Ia juga bersifat khas, mempunyai ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dari individu lain.[4]
Jadi kepribadian merupakan seperangkat karakteristik dan
kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku
psikologik (berfikir, merasa dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang
panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan
social dan tekanan biologic saat itu. Dan karakteristik itulah yang membedakan
antara individu yang satu dengan lainnya (individual different).
B.
Makna
Pendidikan Kepribadian
Diterangkan dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 66 yang berbunyi:
Artinya
:
Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajariku ilmu sebagai petunjuk di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu.”[5]
Para mufasirin memaknai pendidikan kepribadian dalam ayat tersebut
seperti yang telah diungkapkan oleh Nabi Musa, yaitu pendidikan untuk
memperoleh ilmu yang dapat memberikan petunjuk kepada agamaku, yaitu petunjuk
yang membawa kepada kebajikan dan benar-benar dapat memelihara ucapan serta dapat mencapai prilaku tawadlu’. (Al-Buruswi,
5 : 273)
Pendapat mufasirin tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan kepribadian
menurut surat al-Kahfi ayat 66 adalah ilmu pendidikan yang mampu memberikan
petunjuk kepada agama, yang dapat membawa kepada kebajikan dan perbuatan yang
shalih.[6]
Pendidikan kepribadian dalam kisah Nabi Musa dan Nabi khidir ini
didasari oleh sebuah hadits Nabi yang isinya sebagai berikut : Ibnu Abbas dari
ubay bin ka’ab berkata bahwa pada suatu hari Nabi Musa berkhutbah di hadapan
Bani Israil, salah seorang dari mereka bertanya “siapakah orang yang pandai?”,
dan Nabi Musa menjawab, “saya”. Kemudian Allah menegurnya dengan menurunkan
wahyu kepadanya,”sesungguhnya ada salah seorang hambaku di majma’ al bahrain
yang lebih berilmu dari kamu. Nabi Musa pun bertanya, “ ya tuhanku bagaimana
denganku (bisa menemuinya). Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar
pergi dengan membawa ikan yang disimpan dalam kantong dan apabila ikan itu
hilang maka disanalah hamba Allah tersebut berada. (H.R. Bukhari)
C.
Tujuan
Pendidikan Kepribadian
Pendidikan Umum selalu berkaitan dengan pembentukan integritas
kepribadian. Manusia dengan kepribadian yang integral, selain mampu menempatkan
dirinya sebagai individu, juga sebagai makhluk sosial, makhluk budaya, dan
bagian dari alam. Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki tanggungjawab
terhadap Tuhan, diri sendiri, masyarakat, tatanan budaya dan terhadap alam.
Sebagai makhluk ciptaan Allah manusia memiliki 2 dimensi, yaitu
dimensi spiritual dan dimensi biologis. Dalam dimensi biologi (basyar), manusia
merupakan unsur tanah, hal ini sesuai dengan Al Quran surat As Shaad ayat 71 :
Artinya
:
“sesungguhnya
Aku mencipta basyar dari tanah”(QS. As shaad:71)[7]
Dalam dimensi biologis tersebut terkandung tritunggal hayat
(hidup), hawa (keinginan) dan jasad. Tetapi manusia tidak semata-mata
bio-fisik, karena Allah berfirman dalam surat As Shaad ayat 72 :
Artinya
:
“ketika
sudah Ku sempurnakan kejadiannya lalu Kutiupkan kepadanya ruh-Ku” (QS. As shaad:72).[8]
Dengan demikian ada dimensi ruhiah/ ilahiah dalam diri manusia dan
itulah yang membuatnya memiliki spiritualitas.
Pendidikan umum (general education) menurut Draper (Gwynn,
1960:413) diarahkan pada pendidikan kepribadian, yaitu pendidikan memanusiakan
manusia, karenanya pendidikan umum menguatkan pembentukan jati diri manusia
sebagai individu, makhluk sosial, bagian dari alam, dan makhluk ciptaan
Al-Khalik yang senantiasa harus beriman dan bertakwa kepada-Nya (Sumaatmadja,
2002:108).[9]
Konsep dasar pendidikan umum dalam pengertian general education
banyak berkaitan dengan pendidikan kepribadian karena seperti dikatakan Hand
& Bidna (Sumaatmadja, 2002:115), bahwa tujuan Pendidikan Umum ingin membina
manusia menjadi manusia yang utuh, sehat mental dan jiwanya, memahami orang
lain dan memahami diri sendiri. [10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Kepribadian
merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan
dirinya dari orang.
·
Kepribadian
menurut surat al-Kahfi ayat 66 adalah ilmu pendidikan yang mampu memberikan
petunjuk kepada agama, yang dapat membawa kepada kebajikan dan perbuatan yang
shalih.
·
Pendidikan
kepribadian berperan pada pendidikan memanusiakan manusia, karenanya pendidikan
umum menguatkan pembentukan jati diri manusia sebagai individu, makhluk sosial,
bagian dari alam, dan makhluk ciptaan Al-Khalik.
·
Tujuan
Pendidikan Umum berkaitan dengan pendidikan kepribadian adalahuntuk membina
manusia menjadi manusia yang utuh, sehat mental dan jiwanya, memahami orang
lain dan memahami diri sendiri.
B.
Kata
Penutup
Alhamdulilah, dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena berkat kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Kami telah berupaya semaksimal mungkin dengan
segala kemampuan namun kami yakin hasilnya masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran kami harapkan.
Akhirnya kami berdoa semoga makalah ini dapat membawa manfaat dan
Allah SWT selalu menunjukkan kita jalan yang lurus, amin ya robbal alamin...
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan Remaja, Rosdakarya, Jakarta.
Departemen
agama, tahun 2006.
Yunus, Prof.
Dr. H. Mahmud, 2004, Tafsir Quran Karim, Hinda Karya Agung, Jakarta.
http//yulista, pendidikan
moral anak, posting : 20/01/12.
[1]Departemen
agama, tahun 2006, hal. 21-22
[2]http//yulista, pendidikan
moral anak, posting : 20/01/12
[3]Ibid.,
[4] Ngalim
Purwanto, 1990, Psikologi Pendidikan Remaja, Rosdakarya, Jakarta, Hal :
156
[5]Prof. Dr. H.
Mahmud yunus, Tafsir Quran Karim, 2004, Hinda Karya Agung, Jakarta, hal.
429
[7]Prof. Dr. H.
Mahmud yunus, Tafsir Quran Karim, 2004, Hinda Karya Agung, Jakarta
[8]Ibid.,
[9]www.tafsir
alquran.com/artikel/tujuan-pendidikan-islam-download/09/04/12
[10]Ibid.,
Category: makalah PAI
0 komentar